New York (ANTARA) - Harga minyak naik tajam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), didukung oleh tanda-tanda semakin ketatnya pasokan di Amerika Serikat sebagai akibat dari Badai Ida dan harapan perdagangan AS-China akan memberi dorongan pada aset-aset berisiko setelah pembicaraan Presiden AS Joe Biden dan pemimpin China Xi Jinping.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November melonjak 1,47 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi menetap di 72,92 dolar AS, setelah mencapai tertinggi 73,15 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober bertambah 1,58 persen atau 2,3 persen, menjadi 69,72 dolar AS per barel.
Untuk minggu ini, harga minyak mentah AS naik 0,6 persen, sementara minyak mentah Brent naik 0,4 persen. Brent telah reli 41 persen sejauh tahun ini karena pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa pemulihan permintaan dari pandemi.
Sekitar tiga perempat dari produksi minyak lepas pantai Teluk AS, atau sekitar 1,4 juta barel per hari, tetap terhenti sejak akhir Agustus. Jumlah itu kira-kira sama dengan yang dihasilkan anggota OPEC, Nigeria.
"Pasar kembali fokus pada situasi pasokan yang lebih ketat secara global, dan itu memberinya dorongan," kata Phil Flynn, analis senior di grup Price Futures di Chicago. Sementara China melepaskan minyak dari cadangan minyak strategisnya, jumlahnya lebih besar daripada mengimbangi pengurangan produksi di Teluk Meksiko, tambah Flynn.
Pasar minyak dan ekuitas juga mendapat dorongan dari berita pembicaraan telepon antara Presiden AS Joe Biden dan mitranya dari China Xi Jinping. Pembicaraan itu meningkatkan harapan untuk hubungan yang lebih hangat dan lebih banyak perdagangan global, kata para analis.
"Panggilan telepon Biden-Xi memiliki efek yang sama pada pasar minyak seperti pada kelas aset lainnya," kata Jeffrey Halley, analis di broker OANDA.
Amerika Serikat menambahkan rig dalam minggu terakhir. Penyedia layanan energi Baker Hughes mengatakan menunjukkan produksi mungkin meningkat dalam beberapa minggu mendatang.
Pada Kamis (9/9/2021), kedua kontrak minyak mentah turun lebih dari 1,0 persen setelah China mengatakan akan melepaskan cadangan minyak mentahnya melalui lelang publik guna membantu meringankan biaya bahan baku yang tinggi bagi para penyuling.
Fokus minggu depan adalah revisi prospek permintaan minyak untuk 2022 dari OPEC dan Badan Energi Internasional. OPEC kemungkinan akan merevisi turun perkiraannya pada Senin (13/9/2021), dua sumber OPEC+ mengatakan.
Penerjemah: Apep Suhendar
Berita Terkait
Pengusaha minyak jadi pendaftar pertama calon Wakil Bupati Kapuas di Gerindra
Senin, 6 Mei 2024 16:12 Wib
Bupati Kotim minta Hiswana Migas tuntaskan konversi minyak tanah ke gas
Senin, 22 April 2024 20:26 Wib
Awas! Penggunaan minyak goreng berulang pengaruhi risiko degenerasi syaraf
Kamis, 28 Maret 2024 13:17 Wib
Pertamina: Ketersediaan BBM dan elpiji di Kalteng aman selama Ramadhan
Rabu, 20 Maret 2024 9:44 Wib
Bulog Kalteng nyatakan ketersediaan gula dan minyak goreng aman hadapi HBKN
Selasa, 19 Maret 2024 14:59 Wib
Kilang Pertamina Internasional olah minyak mentah 340 juta barel selama 2023
Sabtu, 2 Maret 2024 12:52 Wib
Kerja sama minyak dan gas bumi antara Indonesia-Venezuela
Sabtu, 27 Januari 2024 13:10 Wib
Harga CPO turun 3,47 persen
Sabtu, 16 Desember 2023 16:18 Wib