Kuala Kurun (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah mengimbau peternak babi di wilayah setempat agar mewaspadai dugaan penyebaran penyakit demam babi atau 'african swine fever' (ASF).
Kepala Distan Gumas Letus Guntur melalui Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Yuliana Elisabet di Kuala Kurun, Kamis, mengatakan pihaknya menerima laporan kejadian ternak babi sakit dengan tingkat kematian yang tinggi.
“Ini terjadi di beberapa desa/kelurahan di wilayah Kecamatan Sepang, Mihing Raya, Kurun dan Tewah. Hingga 5 Oktober 2021, jumlah ternak yang sakit mencapai 250 ekor dan yang mati 111 ekor,” ucap dia.
Secara umum, tutur dia, ternak babi yang sakit memiliki gejala demam dan kurang nafsu makan. Ada juga yang disertai badan gemetaran, bintik-bintik di badan, badan kemerahan dan tidak bisa berdiri.
Dikatakan olehnya, Distan Gumas telah mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan terhadap dugaan penyebaran penyakit ASF pada ternak babi. Surat ini ditujukan kepada seluruh kepala desa dan lurah.
Kades dan lurah diminta melapor kepada Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) di wilayah setempat atau ke Distan Gumas dalam hal ini Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, jika ditemukan ternak babi yang sakit dan mati dalam jangka waktu 1 x 24 jam.
“Babi yang mati harus segera dikubur untuk mencegah penularan lebih luas. Kemudian segera isolasi hewan yang sakit atau dipisahkan dari hewan yang sehat dan peralatannya,” papar dia.
Selanjutnya, sambung dia, tempat ternak yang sakit dan mati sebaiknya dikosongkan sekitar dua bulan setelah dilakukan penyemprotan desinfektan. Peternak juga diminta tidak menjual babi yang sakit maupun daging babi yang sakit.
Lebih lanjut, kejadian ini juga mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat memerintahkan Balai Veteriner Banjarbaru untuk turun langsung ke Gumas guna melakukan penelitian lebih lanjut. Tim ini sudah tiba di Gumas pada Kamis (7/10).
Staf pada Balai Veteriner Banjarbaru Indra Wijanarko menerangkan, tim yang datang berjumlah empat orang didampingi satu orang dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalteng.
“Kami akan mengambil sampel dan membawanya ke Banjarbaru. Untuk hasilnya baru dapat diketahui sekitar satu hingga dua minggu kemudian,” demikian Indra.