Sampit (ANTARA) - Sebanyak enam penambang tradisional ditemukan meninggal dunia di sebuah lokasi penambangan emas di Desa Tumbang Torung Kecamatan Bukit Santuai Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah.
"Informasi yang kami dapat, ada enam orang meninggal dunia. Semua sudah ditemukan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Timur, Rihel di Sampit, Kamis.
Informasi sementara yang didapat, kata Rihel, peristiwa nahas tersebut diperkirakan terjadi sekitar pukul 12.00 WIB. Saat itu ada 11 orang yang sedang menambang emas di lokasi itu.
Beberapa saat sebelum kejadian, lokasi tempat para korban mencari emas sedang dilanda hujan. Belum diketahui persis kronologi kejadiannya, namun diduga hujan menyebabkan tanah menjadi labil.
Tanah yang semakin labil akibat diguyur hujan akhirnya longsor dan menimpa para penambang. Dari 11 orang penambang, sebanyak enam orang tertimbun longsor, sedangkan lima orang lainnya selamat.
Enam orang penambang yang tertimpa longsor itu berhasil ditemukan beberapa saat kejadian, namun keenam korban sudah dalam kondisi meninggal dunia.
Baca juga: Legislator Kotim soroti banjir terus berulang di Sampit
Keenam korban meninggal tersebut yaitu Dibau (46) asal Desa Sungai Ubar, Ahmadi (39) asal Desa Sungai Paring Kecamatan Cempaga, MA Jimi asal Desa Sungai Ubar, Hendri (35) asal Desa Tumbang Boloi, Supiansyah (46) dan Edut asal Desa Dirung Kecamatan Murung.
Saat ini jenazah keenam korban masih di lokasi. Pihak kepolisian terdekat bersama pemerintah kecamatan setempat sedang menuju ke tempat kejadian yang lokasinya cukup jauh dan aksesnya sulit.
Berdasarkan sebuah aplikasi, Kecamatan Bukit Santuai berjarak sekitar 196 kilometer dari Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur dengan waktu tempuh sekitar enam jam. Namun jika kondisi hujan seperti saat ini, perjalanan bisa menjadi lebih lama karena sebagian jalan menjadi becek dan licin.
"Saat ini posisi jenazah masih di desa tersebut sambil menunggu pihak kepolisian yang meluncur dari Kuala Kuayan menuju lokasi kejadian. Beberapa pihak keluarga juga sudah ada yang mendapat kabar tersebut," demikian Rihel.
Baca juga: Pengembangan produk unggulan Kotim perlu dukungan pemerintah
Baca juga: Dua kebakaran terjadi dalam sehari di Sampit