Teras Narang ajak mahasiswa di Kalteng terapkan 5K hadapi IKN
Palangka Raya (ANTARA) - Anggota DPD RI Agustin Teras Narang mendorong sekaligus mengajak seluruh mahasiswa di Provinsi Kalimantan Tengah, terkhusus yang tergabung di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Palangka Raya, memahami sekaligus menerapkan lima K dalam mempersiapkan diri menghadapi Ibu Kota Negara Nusantara di Provinsi Kalimantan Timur.
"5K itu yakni, Kritis, Konstruktif, Konstitusional, Kebersamaan dan Kesantunan," kata Teras Narang saat menjadi pembicara di Talkshow yang digelar DPC GMNI Palangka Raya melalui virtual, Kamis.
Gubernur Kalimantan Tengah periode 2005-2015 itu menjelaskan, para mahasiswa, terkhusus pengurus dan anggota GMNI Palangka Raya harus tetap memiliki pola pikir yang kritis terhadap berbagai kondisi di lingkungan sekitar, daerah dan bangsa. Sebab, melalui kritis inilah, berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar, daerah maupun bangsa, dapat menjadi lebih terlihat.
Namun, lanjut dia, kekritisan tersebut bukan untuk menghancurkan, melainkan harus bertujuan membuat kondisi menjadi lebih baik. Itulah kenapa diperlukan pemikiran yang bersifat konstruktif atau membangun. Di mana pemikiran konstruktif itu pun harus lebih diarahkan pada peningkatan kemampuan diri sendiri, teman terdekat, masyarakat di daerah masing-masing, dan Indonesia pada umumnya.
"Setelah berpikir kritis dan konstruktif, mahasiswa juga harus konstitusional. Maksudnya, berbagai pemikiran yang dilahirkan dari kekritisan dan bersifat konstruktif, selayaknya disampaikan secara konstitusional atau berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari pun harus tetap memperhatikan dan mengacu pada konsitusi," kata Teras Narang.
Selain konstitusional, pemikiran yang kritis dan konstruktif itu sebaiknya disampaikan secara santun. Sebab, sehebat dan sepintar apapun pemikiran seseorang, apabila disampaikan tidak dengan santun, akan menimbulkan penolakan dari yang mendengarnya. Alhasil, pemikiran ataupun ide-ide yang cemerlang menjadi tidak tersampaikan dengan baik.
"Kesantunan ini perlu lebih diterapkan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk para mahasiswa yang tergabung dalam GMNI Palangka Raya," kata senator asal Kalteng itu.
Baca juga: Teras Narang siap berkomunikasi ke pusat terkait sarana BPBD Palangka Raya
Terakhir, lanjut dia, para mahasiswa harus benar-benar menerapkan rasa kebersamaan. Sebab, tanpa kebersamaan, berbagai tantangan yang terjadi sekarang ini, termasuk akan hadirnya IKN Nusantara di Kaltim, membuat semakin sulit untuk diatasi. Untuk itulah, seluruh generasi muda, terutama mahasiswa, harus selalu mengedepankan kebersamaan.
"Saya yakin, dengan diterapkannya 5K ini, para mahasiswa yang ada di Kalteng, akan mampu menghadapi berbagai tantangan dengan hadirnya IKN Nusantara. Seperti yang saya sampaikan terus menerus, Kalau tidak sekarang, kapan lagi. Kalau Bukan Kita, siapa lagi," demikian Teras Narang.
Talkshow yang digelar GMNI Palangka Raya bertema Kalimantan Tengah Sebagai Penyangga IKN Kita Bisa Apa?, turut menghadirkan sejumlah narasumber lainnya, yakni Bella Brittani Bahat dan Dr (C) Oktav Pahlevi.
Baca juga: Cek ketersediaan pangan, Teras Narang kunjungi Bulog Kalteng
Baca juga: Akademisi: Perkembangan digital mengaburkan wawasan kebangsaan dan kesopanan menipis
Baca juga: Pemahaman generasi muda hidup di ruang digital harus terus diperkuat
"5K itu yakni, Kritis, Konstruktif, Konstitusional, Kebersamaan dan Kesantunan," kata Teras Narang saat menjadi pembicara di Talkshow yang digelar DPC GMNI Palangka Raya melalui virtual, Kamis.
Gubernur Kalimantan Tengah periode 2005-2015 itu menjelaskan, para mahasiswa, terkhusus pengurus dan anggota GMNI Palangka Raya harus tetap memiliki pola pikir yang kritis terhadap berbagai kondisi di lingkungan sekitar, daerah dan bangsa. Sebab, melalui kritis inilah, berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar, daerah maupun bangsa, dapat menjadi lebih terlihat.
Namun, lanjut dia, kekritisan tersebut bukan untuk menghancurkan, melainkan harus bertujuan membuat kondisi menjadi lebih baik. Itulah kenapa diperlukan pemikiran yang bersifat konstruktif atau membangun. Di mana pemikiran konstruktif itu pun harus lebih diarahkan pada peningkatan kemampuan diri sendiri, teman terdekat, masyarakat di daerah masing-masing, dan Indonesia pada umumnya.
"Setelah berpikir kritis dan konstruktif, mahasiswa juga harus konstitusional. Maksudnya, berbagai pemikiran yang dilahirkan dari kekritisan dan bersifat konstruktif, selayaknya disampaikan secara konstitusional atau berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Tindakan kita dalam kehidupan sehari-hari pun harus tetap memperhatikan dan mengacu pada konsitusi," kata Teras Narang.
Selain konstitusional, pemikiran yang kritis dan konstruktif itu sebaiknya disampaikan secara santun. Sebab, sehebat dan sepintar apapun pemikiran seseorang, apabila disampaikan tidak dengan santun, akan menimbulkan penolakan dari yang mendengarnya. Alhasil, pemikiran ataupun ide-ide yang cemerlang menjadi tidak tersampaikan dengan baik.
"Kesantunan ini perlu lebih diterapkan oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk para mahasiswa yang tergabung dalam GMNI Palangka Raya," kata senator asal Kalteng itu.
Baca juga: Teras Narang siap berkomunikasi ke pusat terkait sarana BPBD Palangka Raya
Terakhir, lanjut dia, para mahasiswa harus benar-benar menerapkan rasa kebersamaan. Sebab, tanpa kebersamaan, berbagai tantangan yang terjadi sekarang ini, termasuk akan hadirnya IKN Nusantara di Kaltim, membuat semakin sulit untuk diatasi. Untuk itulah, seluruh generasi muda, terutama mahasiswa, harus selalu mengedepankan kebersamaan.
"Saya yakin, dengan diterapkannya 5K ini, para mahasiswa yang ada di Kalteng, akan mampu menghadapi berbagai tantangan dengan hadirnya IKN Nusantara. Seperti yang saya sampaikan terus menerus, Kalau tidak sekarang, kapan lagi. Kalau Bukan Kita, siapa lagi," demikian Teras Narang.
Talkshow yang digelar GMNI Palangka Raya bertema Kalimantan Tengah Sebagai Penyangga IKN Kita Bisa Apa?, turut menghadirkan sejumlah narasumber lainnya, yakni Bella Brittani Bahat dan Dr (C) Oktav Pahlevi.
Baca juga: Cek ketersediaan pangan, Teras Narang kunjungi Bulog Kalteng
Baca juga: Akademisi: Perkembangan digital mengaburkan wawasan kebangsaan dan kesopanan menipis
Baca juga: Pemahaman generasi muda hidup di ruang digital harus terus diperkuat