Jakarta (ANTARA) - Sejumlah wilayah Indonesia berpotensi mengalami kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan hujan lebat yang dapat disertai angin kencang pada Senin, menurut peringatan dini cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Situs BMKG, Senin, menyatakan terdapat potensi karhutla, yakni di wilayah Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
BMKG mengimbau masyarakat agar waspada terhadap potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Masyarakat juga diimbau agar tidak melakukan pembakaran lahan untuk tujuan apapun.
Di sisi lain, BMKG juga menyampaikan potensi hujan lebat, yakni di wilayah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
BMKG juga mengimbau masyarakat agar waspada terhadap potensi angin kencang hingga di atas 45 km per jam, yakni di wilayah Bengkulu, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Selatan.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa awan hujan mulai berkurang, bahkan sangat sedikit sehingga lembaga tersebut mengimbau pemerintah daerah antisipasi debit air.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan setiap wilayah memiliki karakteristik berbeda jika terdampak fenomena El Nino.
Ketika fenomena tersebut terjadi di lahan gambut, akan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhurtla). Hal ini berdampak sangat nyata bagi manusia, yakni kekurangan air bersih.
Abdul mencatat terjadi penurunan muka air di sejumlah waduk seperti Waduk Jatiluhur, Jawa Barat dan Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah.
Berikutnya Bendung Katulampa di Jawa Barat terdapat penurunan muka air secara signifikan, artinya sumber mata air di awal titik nol Ciliwung, Citarum sudah turun.
Disebutkan pula bahwa fenomena El Nino akan diprediksi bertahan hingga Oktober 2023. Sementara itu, TMC hanya bisa dilakukan jika ada pergerakan awan ke wilayah-wilayah target untuk digarami.
Jika tidak ada awan-awan, menurut dia, hanya bisa berharap kedatangan fenomena regional seperti Madden-Julian Oscillation (MJO).
Berita Terkait
Jelang liburan Natal dan Tahun Baru, BMKG lakukan modifikasi cuaca
Senin, 16 Desember 2024 22:21 Wib
BMKG ingatkan masyarakat waspadai cuaca ekstrem saat libur Natal
Jumat, 22 November 2024 22:45 Wib
BMKG Kotim wanti-wanti potensi hujan saat distribusi logistik pilkada
Jumat, 22 November 2024 4:36 Wib
Waspadai gelombang 4 meter di perairan Indoensia dampak siklon tropis Man-Yi
Minggu, 17 November 2024 9:32 Wib
Cegah banjir, Pemda se-Kalteng diminta tingkatkan bersinergi dengan BMKG
Jumat, 8 November 2024 12:36 Wib
Fenomena Halo saat pentahbisan Uskup Labuan Bajo
Sabtu, 2 November 2024 14:25 Wib
BMKG: Waspada suhu panas mencapai 38,4 derajat Celcius
Senin, 28 Oktober 2024 15:54 Wib
Kotim mulai dilanda musim hujan, diperkirakan berlangsung 10 bulan
Senin, 7 Oktober 2024 18:16 Wib