Pria disarankan periksa kanker prostat di usia 50 tahun

id kanker prostat ,dr Irfan Wahyudi

Pria disarankan periksa kanker prostat di usia 50 tahun

Ilustrasi kanker prostat (ANTARA/Pexels/Anna Tarazevich)

Jakarta (ANTARA) - Ketua Kelompok Staf Medis Urologi RSCM Dr dr Irfan Wahyudi, Sp.U(K) menyarankan para pria menjalani pemeriksaan kanker prostat saat berusia 50 tahun dan bahkan bisa lebih dini bila memiliki riwayat keluarga dengan kanker serupa.

"Untuk prostat kita mulai siap-siap cek begitu memasuki dekade kelima, apalagi kalau ada riwayat keluarga yang terkena kanker prostat," kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Irfan menganjurkan kaum adam tak menunggu gejala semisal berkemih tak selancar biasanya semakin perah atau gejala lainnya untuk memeriksakan diri ke dokter. Menurut dia, semakin dini penyebab masalah berkemih diketahui maka penanganan akan didapatkan pasien.

Selain itu, apabila ternyata ditemukan kanker pada prostat maka bisa semakin cepat ditangani sehingga peluang sembuh lebih tinggi.

"Jangan tunggu keparahan gejala, tapi peduli dengan keluhan seperti berkemih tidak selancar dulu dan sebagainya. Dari awal sudah dikonsultasikan. Kalau dideteksi dini, ditangani dini sembuhnya lebih dari 90 persen," tutur dia.

Baca juga: Nama baru untuk kanker prostat stadium awal

Dia berharap masyarakat Indonesia peduli terhadap kanker prostat sehingga segera melakukan pemeriksaan apabila mencurigai adanya gejala tertentu, seperti kesulitan buang air kecil, adanya darah dalam urine, kekuatan menurun dalam pancaran urine, serta adanya disfungsi ereksi.

Terkait pentingnya pemeriksaan dini kanker prostat pada pria berusia 50 tahun juga diungkapkan pakar urologi Prof dr Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U(K), FICRS. Dia bahkan menyarankan pria yang sudah berusia di atas 45 tahun sudah memeriksakan diri apabila memiliki riwayat keluarga terkena kanker prostat.

Agus mengatakan pemeriksaan utama dalam menegakkan kanker prostat adalah anamnesis perjalanan penyakit, pemeriksaan colok dubur, PSA serum serta ultrasonografi transrectal atau transabdominal.

Baca juga: Biopsi robotik bisa deteksi kanker prostat dengan akurasi tinggi

Menurut dia, diagnosis pasti didapatkan dari hasil biopsi prostat atau spesimen operasi. Deteksi dini kanker prostat memungkinkan tatalaksana sedini mungkin, sehingga dapat diobati sebelum menyebar dan ini dapat mengurangi kemungkinan kematian akibat kanker prostat.

"Untuk PSA (Prostat Specific Antigen) , tidak perlu persiapan, tidak seperti pemeriksaan gula darah harus puasa. Dengan kecepatan di RSCM hasil bisa didapatkan dalam tiga jam. Sudah tahu nilai PSA-nya. Kita menyaranan PSA masuk dalam pemeriksaan kesehatan menyeluruh," kata Agus.

Data GLOBOCAN tahun 2020 menunjukkan kanker prostat merupakan penyebab kematian nomor enam tersering pada pria, dengan insiden global sebesar 30,7 per 100.000 pria dan angka kematian sebesar 7,7 per 100.000 pria.

Di Indonesia kanker prostat menempati urutan ke-5 kasus kanker terbanyak pada pasien laki-laki dengan angka kejadian sebesar 11,6 kasus per 100.000 pria dan angka kematian sebesar 4,5 per 100.000 pria.

Agus menambahkan, kanker prostat stadium awal hampir selalu tanpa gejala. Kecurigaan akan meningkat dengan adanya gejala lain seperti nyeri tulang, fraktur patologis ataupun penekanan sumsum tulang. Untuk itu, dianjurkan pemeriksaan PSA atau tes darah untuk skrining kanker prostat pada usia 50 tahun, sedangkan yang mempunyai riwayat keluarga dianjurkan untuk pemeriksaan PSA lebih awal yaitu 45 tahun.

Baca juga: Deteksi kanker prostat tak hanya sekedar lewat perabaan

Baca juga: Ini solusi bila mengompol usai operasi kanker prostat

Baca juga: Diet sehat hingga aktif secara seksual bantu cegah kanker prostat