Matangkan demokrasi, Indonesia perlu tujuh kali pemilu secara berturut-turut

id pgi, kgm pgi, kgm pgi di palangka raya, kgm pgi di kalteng, Gubernur Lemhanas, Andi Widjajanto, teras narang, anggota dpd ri

Matangkan demokrasi, Indonesia perlu tujuh kali pemilu secara berturut-turut

Mantan Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto foto bersama dengan Agustin Teras Narang dan lainnya usai memberikan pemaparan saat KGM PGI di Palangka Raya, Kamis (9/11/2023). ANTARA/Jaya WM.

Palangka Raya (ANTARA) - Mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Andi Widjajanto menyatakan bahwa hasil kajian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), diperlukan pemilihan umum sebanyak tujuh kali secara berturut-turut secara demokratik, apabila ingin demokrasi di negara ini dapat dikatakan matang.

Pernyataan itu disampaikan Andi Widjajanto saat memberikan pandangan di Konferensi Gereja dan Masyarakat Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (KGM PGI) yang digelar di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Kamis.

"Atas dasar itulah, proses demokrasi 2024 maupun 2029 di Indonesia mesti berlangsung substantif. Jadi, dapat menghasilkan dampak kesejahteraan sebagaimana dimiliki 40 negara dengan demokrasi yang matang di dunia," ucapnya.

Dihadapan peserta KGM PGI, dirinya juga memberikan pandangan bagaimana Marthin Luther King, tokoh pergerakan dan anti diskriminasi Amerika Serikat yang menyebut I Have a Dream. Di mana mimpi yang bukan untuk dirinya semata, melainkan bagi kemanusiaan. 

Hal ini menurutnya sebuah landasan ideologis yang juga mesti sama dalam politik dan hidup berdemokrasi. Bahwa politik dan demokrasi bicara tentang kepentingan bersama, bukan pribadi atau segolongan kelompok politik.

"Jadi, sebelum memilih partai, seseorang mestinya menentukan terlebih dahulu ideologinya. Sebab, ideologi yang memberi arah perjuangan politik seseorang, agar tetap teguh dan
konsisten, serta tidak pragmatis," kata Andi.

Menurut Mantan Sekretaris Kabinet dari 3 November 2014 hingga 12 Agustus 2015 di era Presiden Joko Widodo ini, ideologi pun dapat membuat seorang politisi lebih nyaman, tidak memperdulikan menang atau kalah. Sebab, ideologi akan bekerja menemukan perannya dalam setiap posisi, baik di dalam maupun di luar pemerintahan.

"Ideologi membuat orang tidak acak-acakan dan gemar pindah haluan hanya karena berpikir soal menang-kalah. Jadi, dalam situasi gamang di situasi politik, ideologi menjadi tempat kembali," demikian Andi.

Sementara itu, Ketua Yayasan Kesehatan PGI yang juga Wakil Ketua Perimbangan Majelis Sinode Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Agustin Teras Narang menilai, kehadiran Andi Widjajanto di KGM PGI, berdampak positif terhadap wawasan dan informasi para peserta yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia.

Baca juga: Palangka Raya jadi wadah KGM PGI bahas kondisi sospol terkini

"KGM PGI ini kan salah satu wadah PGI memahami dinamika global maupun nasional, sehingga dapat menempatkan diri bagi kepentingan umat kristen dan masyarakat Indonesia pada umumnya," kata dia.

Anggota DPD RI dari daerah pemilihan Kalimantan Tengah ini pun memberikan catatan terhadap berbagai paparan maupun informasi yang disampaikan Andi Widjajanto. Di mana penekanannya terletak pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), menganut ideologi pancasila dan ideologi konstitusi.

"Di tengah situasi beberapa hari belakangan, saya coba melihat pandangan beliau dalam memandang situasi demokrasi kita yang akan juga berpengaruh terhadap banyak aspek, termasuk hubungan pemerintah pusat dan daerah. Jadi, memang sangat menarik pandangan yang disampaikan Andi Widjajanto," demikian Teras Narang.

Baca juga: Dipercaya Jadi Ketua Yayasan Kesehatan PGI, Teras minta dukungan stakeholder

Baca juga: Jokowi izinkan Andi Widjajanto masuk TPN Ganjar Pranowo

Baca juga: Gubernur Lemhannas pertimbangkan gabung TPN Ganjar