Jakarta (ANTARA) - Spesialis penyakit jantung dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Ahmad, Provinsi Riau dr Lia Valentina Sp.JP untuk kesekian kali menganjurkan masyarakat Riau agar rutin mengukur tekanan darah (hipertensi) guna meminimalisasi potensi serangan penyakit jantung.
"Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyebab penyakit kardiovaskular seperti penyakit gangguan jantung dan pembuluh darah, karena itu masyarakat harus peduli dan rutin mengukur tekanan darah," kata dr Lia Valentina Sp.Jp kepada media di Pekanbaru, Sabtu.
Baca juga: Dokter: Hipertensi belum tentu jadi penyebab petugas KPPS meninggal
Anjuran tersebut merupakan bagian dari kegiatan promosi kesehatan rutin dari RSUD Arifin Ahmad untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana menjaga kesehatan jantung. Sedangkan hipertensi dapat menyebabkan gangguan pada organ jantung.
Ia mengatakan, hipertensi juga disebut sebagai penyakit silent killer (pembunuh diam-diam), karena tidak bergejala namun bisa merusak organ-organ penting penderita.
"Dengan menjaga tekanan darah tetap normal dan terkontrol maka dapat menurunkan potensi stroke, serangan jantung dan gagal jantung," katanya.
Ia menjelaskan, jika tekanan darah di atas 140/90 Mmhg, maka segera konsultasi dan ikuti anjuran dokter. Selain itu upaya untuk mengontrol dan menurunkan risiko terjadi hipertensi selain rutin mengecek tekanan darah, juga perbaiki gaya hidup, dan tetap menjaga berat badan ideal.
Baca juga: Dokter syaraf sebut hipertensi rusak organ tubuh sebelum ada gejala
Selain itu, mengurangi konsumsi makanan berlemak dan mengandung garam yang tinggi, lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari dan tidak merokok serta minum alkohol. Selain itu juga kelola stres dengan baik. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eva Susanti sebelumnya mengatakan penyakit kardiovaskuler atau jantung menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia.
"Penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah penyakit stroke dengan 19,42 persen dan jantung iskemik (serangan jantung) dengan 14,38 persen," katanya.
Selain Indonesia, Eva mengatakan kedua penyakit kardiovaskuler tersebut juga menjadi perhatian dunia karena penyakit jantung iskemik menyebabkan 16,17 persen kematian dunia sedangkan stroke menyebabkan 11,59 persen kematian di dunia.
Berita Terkait
Obat penurun berat badan bisa kurangi risiko serangan jantung
Rabu, 13 November 2024 11:29 Wib
RSUD Tamiang Layang segera buka Poli Jantung dan Poli Saraf
Sabtu, 26 Oktober 2024 7:19 Wib
Berdiri lama berkaitan dengan risiko penyakit jantung
Jumat, 18 Oktober 2024 11:07 Wib
Warga Barito Utara ini terkesan pertama kali akses layanan JKN
Selasa, 8 Oktober 2024 16:07 Wib
Kenali rehabilitasi kardiovaskular pada penyakit jantung
Selasa, 1 Oktober 2024 17:20 Wib
Apa itu bedah jantung minimal invasif?
Selasa, 3 September 2024 17:53 Wib
Tanda-tanda tersembunyi pada seseorang yang mengalami sindrom metabolik
Selasa, 3 September 2024 14:54 Wib
Awas! Penyintas demam berdarah miliki risiko komplikasi jantung lebih tinggi
Rabu, 28 Agustus 2024 9:38 Wib