Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) RI mengevaluasi layanan penerbangan yang difasilitasi oleh Garuda Indonesia untuk jamaah calon haji Indonesia 2024, atas tingginya angka keterlambatan pada pekan pertama yang mencapai 47,5 persen.
"Satu pekan pertama, persentase keterlambatan keberangkatan pesawat Garuda Indonesia sangat tinggi, mencapai 47,5 persen," kata Juru Bicara Kemenag RI Anna Hasbie dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Anna mengungkapkan, pihaknya menyayangkan tingginya angka keterlambatan penerbangan pada pekan pertama, terutama oleh Maskapai Garuda Indonesia.
Ia merinci, dari 80 penerbangan pada pakan pertama operasional haji, 38 di antaranya mengalami keterlambatan. Bahkan, terdapat peristiwa keterlambatan yang mencapai 3 jam 50 menit.
"Kalau ditotal, keterlambatan itu mencapai 32 jam 24 menit. Ini tentu sangat disayangkan. Kita sudah memberikan teguran tertulis agar ke depan harus diperbaiki," katanya.
Baca juga: Sebanyak 56.750 calon haji Indonesia telah tiba di Arab Saudi
Ia menyebutkan, Indonesia pada tahun ini mendapat kuota 241.000 calon haji, yang terdiri atas 213.320 calon haji reguler dan 27.680 calon haji khusus.
Jamaah haji reguler, sambungnya, diterbangkan dengan dua maskapai, Garuda Indonesia dan Saudia Airlines.
Garuda Indonesia dijadwalkan akan memberangkatkan 109.072 calon haji yang tergabung dalam 294 kloter, sedangkan sisanya terdapat 260 kloter yang diterbangkan dengan Saudia Airlines.
Baca juga: Calon haji gelombang kedua diimbau kenakan ihram dari embarkasi RI
"Untuk Saudia Airlines, dalam sepekan ini mengalami keterlambatan pemberangkatan hingga 18,06 persen dari total 72 penerbangan. Total keterlambatan mencapai empat jam tujuh menit. Saya harap peristiwa keterlambatan bisa terus ditekan," katanya.
Terkait hal tersebut, Direktur Layanan Haji dalam Negeri Kemenag RI Saiful Mujab berharap Garuda Indonesia dan Saudia Airlines mematuhi komitmen dan kontrak kerja untuk memberangkatkan jamaah calon haji Indonesia sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dan ditetapkan.
Menurutnya, keterlambatan keberangkatan akan berampak pada penyiapan beragam layanan di Madinah maupun Mekah, baik transportasi, akomodasi, termasuk juga katering.
"Keterlambatan penerbangan juga berpotensi menjadikan jamaah semakin kelelahan karena terlalu lama menunggu," kata Saiful Mujab.