Alasan Bupati Kotim gencar upayakan pengembangan bandara

id Alasan Bupati Kotim gencar upayakan pengembangan bandara, kalteng, Sampit, kotim, Kotawaringin Timur, ekonomi, pemkab kotim, Halikinnor

Alasan Bupati Kotim gencar upayakan pengembangan bandara

Dokumentasi Bupati Kotim Halikinnor saat mengecek kondisi Bandara Haji Asan Sampit beberapa waktu lalu. ANTARA/Devita Maulina. 

Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah Halikinnor mengungkapkan alasannya gencar mengupayakan pengembangan Bandara Haji Asan Sampit, yakni agar tetap bisa eksis seiring dengan perkembangan zaman dan antisipasi pembatasan operasional pesawat.

“Kenapa saya konsern terkait pengembangan bandara ini, karena kita tau saat ini bandara kita hanya bisa pesawat klasik, kalau misalnya itu dilarang oleh Kementerian Perhubungan untuk beroperasi lagi maka bagaimana bandara kita bisa berjalan,” kata Halikinnor di Sampit, Senin.

Komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotim untuk mewujudkan pengembangan Bandara Haji Asan Sampit sudah tak perlu diragukan lagi.

Beberapa kali Pemkab Kotim mendampingi pihak bandara untuk menyampaikan usulan pengembangan bandara ke Kementerian Perhubungan, bahkan Halikinnor selaku kepala daerah juga turut serta sebagai wujud keseriusan pemerintah daerah.

Berkat keseriusan itu, pada Juni 2024 lalu Pemkab Kotim menandatangani memorandum of understanding (MoU) atau nota kesepakatan dengan Kementerian Perhubungan terkait pembangunan dan pengembangan Bandara Haji Asan Sampit.

Halikinnor menjelaskan, saat ini Bandara Haji Asan Sampit hanya mampu didarati pesawat setara Boeing 737-500 seperti pesawat milik Maskapai NAM Air yang saat ini menjadi satu-satunya maskapai yang membuka jasa transportasi udara di bandara tersebut.

Pesawat Boeing 737-500 merupakan jenis pesawat klasik yang usianya sudah cukup tua dan jumlahnya semakin sedikit yang diizinkan untuk masih boleh beroperasi.

Baca juga: BPBD Kotim optimalkan aplikasi informasi dan pelaporan bencana

Dikhawatirkan jika pesawat jenis tersebut atau yang setara tidak ada lagi yang beroperasi, maka aktivitas penerbangan di Bandara Haji Asan Sampit akan terhenti dan ini bisa berdampak luas, bukan hanya mobilitas masyarakat tapi juga perekonomian hingga investasi.

“Mungkin nanti kita bisa mencari pesawat dari TransNusa atau Susi Air, tapi paling tidak kita berdayakan apa yang ada dulu,” imbuhnya.

Selain itu, berdasarkan kajian Pemkab Kotim bersama Universitas Brawijaya pada 2023 lalu disebutkan bahwa Bandara Haji Asan Sampit memiliki potensi besar dalam layanan penerbangan.

Hingga saat ini Kotim adalah kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar di Kalimantan Tengah,yakni lebih dari 440.000 jiwa. Dengan luas wilayah mencapai 16.796 kilometer yang terdiri dari 17 kecamatan, 17 kelurahan dan 168 desa.

Jumlah penduduk ini diprediksi akan terus meningkat dari tahun ke tahun dan kondisi ini diikuti dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam berbagai sektor, salah satunya transportasi.

Kotim juga dikenal sebagai pintu gerbang perekonomian Kalimantan Tengah dengan sektor usaha yang semakin maju dan berkembang, terutama dalam bidang jasa, perkebunan kelapa sawit, dan pertambangan.

Disamping itu, ada lebih dari 50 perusahaan besar swasta (PBS) di sektor perkebunan kelapa sawit dan pertambangan di Kotim yang membuat potensi di layanan penerbangan semakin besar.

Baca juga: Pemkab Kotim libatkan penyelam tradisional evakuasi kapal wisata

“Oleh sebab itu, pengembangan Bandara Haji Asan Sampit menjadi sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mobilitas penduduk,” ujarnya.

Halikinnor pun mengharapkan dukungan semua pihak agar pengembangan Bandara Haji Asan Sampit ini bisa terwujud.

Sementara saat ini, progres pengembangan Bandara Haji Asan Sampit sampai pada upaya pembebasan lahan untuk pemindahan gedung Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) sebagai bagian dari pelebaran runway.

Ia menjelaskan, pengembangan Bandara Haji Asan Sampit dilakukan secara bertahap dan itu berdasarkan persetujuan dari Kementerian Perhubungan. Adapun, pemerintah daerah membantu dalam hal pembebasan lahan.

Bagian yang terpenting dalam pengembangan bandara ini adalah perpanjangan dan pelebaran runway atau landasan pacu dan peningkatan Pavement Classification Number (PCN).

PCN merupakan angka yang menunjukkan kapasitas beban perkerasan bandara untuk operasi pesawat tanpa batasan. Jika Bandara Haji Asan Sampit ingin menampung pesawat dengan ukuran besar, maka kapasitas PCN perlu ditingkatkan.

“Saat ini yang mendesak adalah pemindahan gedung PKP-PK itu, karena kalau pesawat berbadan besar masuk runway saat ini tidak akan muat untuk manuver, sayap pesawat bisa mengenai gedung tersebut, makanya harus dipindah,” demikian Halikinnor.

Baca juga: Banyak petani rotan di Kotim beralih ke sawit

Baca juga: Luas panen jagung di Kotim kembali meningkat

Baca juga: BKSDA Sampit berhasil rescue buaya muara di Sungai Mentawa