Pemkab Kotim libatkan penyelam tradisional evakuasi kapal wisata

id pemkab kotim, kapal wisata tenggelam, sampit, kotawaringin timur

Pemkab Kotim libatkan penyelam tradisional evakuasi kapal wisata

Proses evakuasi kapal wisata susur Sungai Mentaya milik Pemkab Kotim, Jumat (25/1/2025). (ANTARA/Devita Maulina)

Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) mulai mengevakuasi kapal wisata susur Sungai Mentaya dengan melibatkan penyelam tradisional.

“Kami mencoba mengevakuasi kapal ini, mengangkat supaya kapal ini bisa mengapung. Dalam pengerjaannya kami melibatkan penyelam tradisional untuk membantu karena mereka ahlinya,” kata Kepala Disbudpar Kotim Bima Eka Wardhana di Sampit, Sabtu.

Diketahui, pada Selasa (21/1) lalu kapal wisata yang merupakan aset Pemkab Kotim tenggelam akibat mengalami kebocoran di lambung kapal. Kejadian pada dini hari itu terlambat disadari oleh pihak yang berwenang sehingga tak cukup waktu untuk melakukan penyelamatan.

Tepatnya lokasi tenggelamnya kapal tersebut berada di samping Dermaga Habaring Hurung, di belakang Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit.

Kapal wisata tersebut dibangun sekitar tahun 2010 silam untuk mendukung sektor pariwisata. Kapal ini menjadi salah satu ikon untuk wisata susur Sungai Mentaya di Kota Sampit. Namun, seiring dengan waktu yang berlalu dan anggaran pemeliharaan yang minim kapal tersebut mulai mengalami kerusakan hingga beberapa kali mengalami kebocoran.

Bima melanjutkan, upaya evakuasi kapal wisata dilakukan sejak Jumat dengan cara memasang puluhan drum kosong di sekeliling lambung kapal dibantu oleh penyelam tradisional. Dibutuhkan sekitar 60 puluh drum plastik yang berfungsi sebagai pelampung untuk mengangkat kapal wisata tersebut.

“Diperkirakan butuh waktu empat hari sampai proses itu selesai. Mudah-mudahan cuacanya bagus sehingga pengerjaan tidak terhambat dan selesai tepat waktu,” imbuhnya.

Setelah kapal wisata itu berhasil mengapung dan air di dalamnya dikuras, rencananya pihaknya akan membawa kapal tersebut ke docking atau galangan kapal yang berada di Kecamatan Seranau di seberang Sungai Mentaya dari arah Kota Sampit.

Rencananya kapal wisata itu akan diperbaiki dan jika memungkinkan akan difungsikan kembali sebagai kapal wisata. Pihaknya akan melibatkan tim ahli untuk menentukan kelaikan kapal sebelum kembali dioperasikan.

“Kalau melihat dari kondisinya insya Allah masih bisa diperbaiki. Nilai kapal ini cukup besar, kalau berdasarkan data pada daftar inventaris barang Disbudpar nilainya sekitar Rp800 juta termasuk dengan barang-barang di dalamnya,” lanjutnya.

Dalam kesempatan ini, Bima juga menanggapi usulan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kotim agar kedepannya kapal wisata tersebut dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Pihaknya menyambut baik usulan tersebut, karena menurutnya dengan demikian akan ada pihak yang bisa benar-benar fokus dalam mengelola dan memelihara kapal wisata, sehingga diharapkan timbal balik atau pemasukan yang diterima daerah dari pengelolaan kapal wisata itu pun bisa lebih besar.

Secara regulasi hal ini juga memungkinkan dan berkaca pada sejumlah kota besar di Indonesia juga banyak yang menyerahkan pengelolaan aset wisata kepada BUMD.

“Itu kan usulan dari anggota dewan yang terhormat, kalau nanti itu dibahas dan disepakati maka kami menyambut baik. Karena kalau suatu usaha ditangani oleh BUMD akan lebih terurus dan kami harapkan bisa lebih menghasilkan,” demikian Bima.

Baca juga: Banyak petani rotan di Kotim beralih ke sawit

Baca juga: Luas panen jagung di Kotim kembali meningkat

Baca juga: BKSDA Sampit berhasil rescue buaya muara di Sungai Mentawa

Baca juga: Wabup Kotim ingatkan alokasi 20 persen dana desa untuk ketahanan pangan