Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah meluncurkan program Desa Siaga Stunting dan Desa Bagendang Tengah Kecamatan Mentaya Hilir Utara dipilih sebagai desa pertama dalam pelaksanaan program tersebut.
“Desa Siaga Stunting ini bukan hanya simbol komitmen, tetapi juga wujud nyata keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam mendeteksi dini, mencegah, dan menangani kasus stunting sejak dari hulu,” kata Bupati Kotim Halikinnor di Sampit, Kamis.
Bupati Kotim memimpin langsung peluncuran program Desa Siaga Stunting yang dirangkai dengan acara advokasi, koordinasi dan bimbingan teknis pokjanal posyandu yang dilaksanakan di ballroom Aquarius Boutique Hotel Sampit.
Kegiatan yang digelar di bawah koordinasi Dinas Kesehatan ini turut dihadiri oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, TP PKK Kotim, Asosiasi Camat se-Kabupaten (ACK) Kotim, mitra pemerintah daerah dari dunia usaha dan tokoh masyarakat.
Halikinnor menyatakan, bahwa Pemkab Kotim sangat mendukung pengembangan Desa Siaga Stunting sebagai garda terdepan di tingkat masyarakat sebagai bagian dari upaya percepatan penurunan stunting.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan mitra diharapkan setiap ibu hamil, bayi, dan balita mendapatkan pendampingan serta layanan gizi yang optimal.
“Dengan penguatan peran desa, kita optimis angka stunting dapat ditekan secara signifikan dan berkelanjutan,” ucapnya.
Baca juga: DPRD Kotim tegaskan perencanaan APBD harus dilakukan secara matang
Ia menambahkan, kegiatan ini juga merupakan momentum yang penting bagi semua pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengevaluasi program kesehatan masyarakat yang telah berjalan.
Sekaligus, menyusun langkah-langkah strategis untuk peningkatan layanan kesehatan, karena pihaknya menyadari bahwa sektor kesehatan memiliki peranan krusial dalam mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, dan sejahtera.
“Semoga melalui kegiatan ini, kita dapat memperkuat sinergi dan kolaborasi antar instansi dan lintas sektor, agar segala program dan kebijakan yang kita rancang dapat berjalan dengan baik dan efektif,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur Umar Kaderi menjelaskan perwujudan Desa Siaga Stunting berkontribusi pada area penataan dan peningkatan kualitas pelayanan publik khususnya dalam mewujudkan penurunan prevalensi stunting di Kotim.
Desa Siaga Stunting merupakan salah satu strategi pemerintah dalam upaya percepatan penurunan angka stunting melalui pendekatan berbasis masyarakat di tingkat desa.
“Selama ini kita telah melaksanakan kegiatan penanganan stunting yang bersifat Top Down, artinya kebijakan dari atas kita dorong ke desa-desa. Alhamdulillah itu cukup berhasil, tapi kelemahan kita adalah kurangnya pengawasan melibatkan masyarakat,” ujarnya.
Oleh karena itu, Desa Siaga Stunting ini dinilai sebagai terobosan baru di Kotim yang diharapkan dapat memperkuat pemberdayaan masyarakat, sehingga dalam program ini peran masyarakat dalam penanganan stunting lebih diutamakan.
Baca juga: BKPSDM Kotim ingatkan setiap OPD tingkatkan penerapan disiplin pegawai
Program ini bertujuan untuk memperkuat peran desa dalam mendeteksi dini faktor risiko stunting, memberikan edukasi gizi kepada masyarakat, serta meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar, terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, dan balita.
“Adapun, kami selaku pemangku kebijakan di kabupaten akan tetap memantau, mengaplikasikan dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat, fokus kami adalah memberikan pemahaman yang komprehensif terkait apa itu stunting, bagaimana penanganan dan lainnya,” lanjutnya.
Ia melanjutkan, peluncuran Desa Siaga Stunting hari ini merupakan langkah awal untuk menunjukkan komitmen bersama dalam memerangi stunting, dengan melibatkan semua sektor dan elemen masyarakat.
Kegiatan ini diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat koordinasi lintas sektor dan mendorong aksi nyata dari tingkat desa, agar intervensi terhadap stunting tidak hanya dilakukan secara kuratif, tetapi juga preventif dan promotif, berkelanjutan, serta berbasis data.
Untuk itu dibutuhkan sinergi yang kuat antara Pokjanal Posyandu, Puskesmas, Pemerintah Kecamatan, PKK, serta berbagai mitra terkait.
Umar menambahkan, Desa Bagendang Tengah dipilih karena berdasarkan data angka stunting di wilayah tersebut terbilang cukup tinggi. Disamping itu, pihaknya juga menyiapkan 16 desa lainnya yang akan dijadikan sebagai Desa Siaga Stunting.
“Mudah-mudahan tahun ini juga 16 desa tersebut bisa kita angkat menjadi Desa Siaga Stunting. Kami berharap dengan adanya desa yang menjadi lokus-lokus seperti itu upaya kita untuk menurunkan angka stunting bisa lebih optimal,” demikian Umar.
Baca juga: Pemkab Kotim siapkan regulasi pemberdayaan masyarakat hukum adat Dayak
Baca juga: DPRD Kotim bahas raperda pertanggungjawaban APBD 2024
Baca juga: Kotim susun dokumen penanggulangan bencana karhutla 2025-2027