Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Halikinnor menyoroti secara serius penanganan sampah di daerah ini agar bisa ditanggulangi dengan baik sehingga tidak terus-menerus dikeluhkan masyarakat.
"Penanganan masalah sampah ini menjadi salah satu prioritas kami. Makanya saya minta semua OPD (organisasi perangkat daerah) terkait untuk bersinergi agar hasilnya lebih optimal," kata Halikinnor di Sampit, Jumat.
Halikinnor melakukan inspeksi mendadak ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Jalan Jenderal Sudirman km 14 Sampit. Dia didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Marjuki dan Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, Bina Konstruksi, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (SDABMBKPRKP), Mentana Dhinar Tistama.
Halikinnor sengaja kembali datang memantau TPA tersebut. Dia ingin melihat perkembangan penanganan sampah di lokasi tersebut sebagai wujud keseriusannya dalam menangani sampah, khususnya di Sampit.
Saat ini penanganan sampah di TPA tidak saja dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup, tetapi juga dibantu Dinas SDABMBKPRKP yang mengerahkan alat berat mereka untuk mengurai dan menata sebaran sampah agar tidak terus menggunung.
"Saya minta Dinas Lingkungan Hidup untuk menyiapkan langkah-langkah penanganan sampah secara berkelanjutan. Kita ingin Kotim bersih dari sampah. Makanya penanganan harus menjadi prioritas," pesan Halikinnor.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Marjuki mengatakan, pihaknya terus berupaya seoptimal mungkin dengan personel dan fasilitas yang ada dalam menangani sampah.
Berbagai terobosan juga diupayakan dalam menanggulangi tingginya produksi sampah rumah tangga di Sampit. Salah satunya dengan mengoptimalkan pemilahan sampah di depo sampah yang ada di Sampit, sehingga sampah yang diangkut dan dibuang ke TPA bisa berkurang.
Baca juga: Bupati Kotim tekankan pentingnya peran pokjanal dalam pengembangan posyandu
Dinas Lingkungan Hidup juga menyiapkan skema sanitary landfill untuk mengatasi masalah kelebihan kapasitas (overload) di TPA. Ini diharapkan dapat mengatasi tumpukan sampah di TPA.
“TPA kita sekarang memang sudah bisa dikatakan overload, bukan dari keseluruhan luasan tapi pada area yang kita gunakan. Untuk itu, langkah kedepannya kami mulai menerapkan sanitary landfill, jadi sampah itu tidak terus ditumpuk begitu saja,” kata Marjuki.
Ssistem sanitary landfill adalah sistem pengelolaan sampah dengan cara membuat suatu cekungan atau lubang pada tanah, lalu memasukkan tumpukan sampah ke dalamnya kemudian ditutup kembali dengan tanah.
Sampah yang dibuang ke dalam lubang tersebut adalah sampah yang cepat terurai, sedangkan sampah plastik dan semacamnya yang sulit terurai akan dipilah dan didaur ulang menjadi produk yang bisa dimanfaatkan, seperti paving block, briket dan sebagainya.
Saat ini terdapat delapan depo sampah yang ada di Sampit. Sampah dari seluruh depo tersebut kemudian diangkut ke TPA di Jalan Jenderal Sudirman km 14 sebagai lokasi terakhir pembuangan sampah.
Setiap harinya sampah rumah tangga yang dihasilkan warga Kota Sampit lebih dari 100 ton. Padahal, kemampuan pengangkutan sampah saat ini hanya berkisar 80 hingga 83 ton per hari.
Saat ini penanganan sampah di Kotim belum bisa optimal. Disamping kurangnya personel dan armada, kendala lainnya adalah pemrosesan akhir di lokasi TPA yang belum berjalan dengan baik sehingga sampah yang masuk hanya terus ditumpuk.
Area TPA sebenarnya cukup luas, yakni sekitar 68 hektare yang terdiri dari beberapa blok. Namun, saat musim hujan banyak lokasi yang tidak bisa dimasuki truk pengangkut sampah karena akses jalan yang rusak.
Oleh karena itu, DLH Kotim mencoba melakukan inovasi dengan menerapkan sistem sanitary landfill yang diharapkan mampu mengatasi masalah kelebihan kapasitas di TPA.
"Kami juga mengimbau agar sampah yang bersumber dari masyarakat atau sampah rumah tangga dilakukan pemilahan, antara sampah organik dan anorganik dipisah dalam kantong sampah yang berbeda sebelum dibuang ke depo untuk mempercepat pemrosesan di TPA," demikian Marjuki.
Baca juga: RSUD Murjani Sampit tanggapi isu tunggakan jasmed
Baca juga: BPBD Kotim deteksi 11 kejadian kebakaran lahan sejak Mei
Baca juga: Bagendang Tengah dipilih sebagai Desa Siaga Stunting pertama di Kotim