Sampit (ANTARA) - Jumlah penderita diabetes di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menjadi yang terbanyak di Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan data Aplikasi Sehat Indonesiaku, hal ini diharapkan menjadi peringatan bagi masyarakat untuk lebih menjaga pola hidup sehat.
"Hanya dengan menjaga pola hidup sehat, penyakit diabetes dapat dicegah atau minimal dikendalikan," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim Umar Kaderi di Sampit, Selasa.
Umar pun memastikan data yang muncul pada Aplikasi Sehat Indonesiaku dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) itu, memang benar dan sesuai dengan realita lapangan. Sebab, data itu didapat dari kegiatan Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dalam beberapa bulan terakhir.
Tercatat ada 9.168 penderita diabetes melitus di wilayah Kalimantan Tengah berdasarkan Aplikasi Sehat Indonesiaku per 23 November 2025, yang tersebar di 13 kabupaten dan satu kota. Di mana Kabupaten Barito Selatan 830 orang, Barito Timur 187 orang, Barito Utara 674 orang, Gunung Mas 41 orang, Kapuas 819 orang, Katingan 463 orang, Kotawaringin Barat 367 orang.
Kemudian Kotawaringin Timur 3.502 orang, Lamandau 456 orang, Murung Raya 244 orang, Pulang Pisau 360 orang, Seruyan 421 orang, Sukamara 458 orang dan Kota Palangka Raya 346 orang.
"Data itu benar-benar dari aplikasi Kemenkes dan menunjukkan hasil kinerja kami di lapangan dalam beberapa bulan terakhir melalui kegiatan CKG, sehingga tidak ada yang perlu ditutup-tutupi, semua terlihat di situ," beber dia.
Menurutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan angka penderita diabetes di Kotim cukup tinggi. Pertama, berkaitan dengan CKG yang gencar pihaknya laksanakan, bukan hanya di puskesmas dan pusat keramaian, tapi juga sistem jemput bola ke RT-RT.
Disebutkan, pula bahwa Kotim telah melampaui target 36 persen yang ditetapkan pemerintah pusat secara nasional untuk 2025 sehingga jumlah warga yang telah dijangkau pun lebih banyak dibandingkan kabupaten lainnya yang sebagian belum capai target.
"Dalam hal ini kami berterima kasih kepada rekan-rekan di lapangan yang gencar melaksanakan CKG, karena kita ingin sekali mencapai target nasional 36 persen dan alhamdulillah itu sudah terpenuhi dan bahkan kita sudah mencapai 38 persen lebih," ucapnya.
Kedua, Kotim merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk terbanyak di Kalimantan Tengah, sehingga walaupun target persentasenya sama namun dari segi jumlah maka tentu warga Kotim lebih banyak.
"Jadi penduduk kita banyak dan CKG gencar kita laksanakan sehingga dari segi angka penderita penyakit kita tertinggi. Kami tidak memungkiri itu, termasuk stunting juga kita tinggi dan kami akui, artinya kami memang sudah bekerja sesuai dengan arahan Kemenkes," ujarnya.
Walaupun, tingginya angka penderita penyakit ini seolah memberikan kesan negatif bagi Kotim, namun justru ini membantu pemerintah melalui instansi terkait untuk melakukan intervensi melalui penyuluhan dan promosi kesehatan. Dengan deteksi dini suatu penyakit maka upaya atau tindakan penanganan dini juga bisa dilakukan, sehingga tidak berkelanjutan yang dapat menyebabkan penyakit tersebut bisa semakin parah.
"Seperti diabetes ini yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal dan lainnya yang tentunya tidak kita inginkan. Maka dari itu, harus ditangani sedini mungkin," jelasnya.
Baca juga: Polres Kotim amankan tiga truk bermuatan ulin ilegal
Umar menambahkan, kebanyakan penderita diabetes yang terdata di aplikasi Sehat Indonesiaku itu tergolong tingkat rendah. Artinya masih dapat dilakukan upaya-upaya untuk mengendalikan kadar gula darah itu, sehingga penderitanya bisa kembali bugar dan sehat, walaupun masih ada potensi untuk kembali meningkat.
"Beda halnya dengan penderita diabetes yang kadarnya sudah diatas 300-400, itu sudah sulit untuk disembuhkan dan perlu penanganan medis. Kalau yang masih tingkat rendah ini masih bisa dikendalikan agar tidak naik," terang umar.
Adapun cara untuk mengendalikan diabetes tersebut cukup sederhana, yakin makan makanan bergizi seimbang, disarankan menghindari makanan atau minuman yang karbohidrat dan gula. Selain itu cukup istirahat dan berolahraga rutin juga menjadi faktor penting.
Cara ini juga berlaku bagi orang yang tidak terindikasi diabetes, sebagai upaya pencegahan. Apabila, tinggi badan dan berat badan sudah tidak ideal, makan ini perlu menjadi perhatian karena bisa mengarah pada gejala diabetes.
"Sebenarnya faktor genetik juga bisa menyebabkan diabetes, tetapi pola hidup sehat itu yang paling menentukan. Walaupun misal, orang tuanya diabetes, tetapi jika anak menjaga pola hidup sehat insyaallah risiko diabetes itu bisa dihindari," demikian Umar.
Baca juga: DLH Kotim gencar ajak masyarakat pilah sampah sebelum dibuang
Baca juga: BNNK Kotim sebut kawasan Eks Golden terindikasi kawasan rawan narkoba
Baca juga: DPRD Kotim tegaskan tidak ada alasan lagi kendaraan berat masuk kota
