Ribuan Penonton Saksikan RWMF 2013 Sarawak

id Ribuan penonton saksikan RWMF 2013 Sarawak

Santubong, Sarawak (ANTARA News) - Ribuan penonton saksikan malam kedua digelarnya Rainforest World Music Festifal (RWMF) ke-XVI, yang menampilkan 21 band kotemporer dari berbagai negara di dunia, 28 -- 30 Juni di Kampung Budaya Sarawak, Malaysia.

"Saya setiap tahun selalu menyempatkan waktu untuk menyaksikan RWMF yang sudah dilakukan tahun 1999 oleh Sarawak Tourism Boar (STB)," kata Eithan Silas salah seorang warga Sarawak, Sabtu malam.

Menurut dia, pergelaran musik dari berbagai dunia dalam RWMF cukup menarik untuk dinikmati, sehingga dirinya selalu menyempatkan diri untuk menontonnya.

"Sehingga tidak mustahil juga kalau hampir sebagian besar yang menyaksikan RWMF adalah wisatawan mancanegara," ujarnya.

Ribuan penonton baik wisatawan mancanegara maupun penduduk lokal tampak sangat menikmati alunan musik dari berbagai dunia secara bergiliran di panggung yang disediakan pihak panitia, termasuk penampilan Rafly Wa Saja dari Banda Aceh, warga Indonesia yang mampu membius penonton dengan alunan musik khas dan menggunakan bahasa Aceh.

Sementara itu, Menteri Pariwisata Sarawak Datuk Amar Abang Haji Abdul Rahman Zohari menargetkan, kunjungan sebanyak 33 ribu baik dari wisatawan mancanegara dan lokal pada penyelenggaraan RWMF ke-XVI, di Kampung Budaya Sarawak, Malaysia.

"Kami berharap ekonomi dunia lebih baik lagi sehingga penyelenggaraan RWMF tahun mendatang lebih banyak lagi menyedot kunjungan wisatawan mancanegara dan lokal," kata Datuk Amar Abang Haji Abdul Rahman Zohari.

Ia menjelaskan, sekitar setahun pihaknya terus meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan dan infrastruktur lainnya guna memajukan penyelenggaraan RWMF di Sarawak, sehingga bisa menarik dan nyaman untuk dikunjungi, baik oleh wisatawan mancanegara maupun lokal.

"Kami juga mencoba mengidentifikasi keinginan penonton RWMF sehingga terus membangun dan mengembangkan musik, serta bekerja sama dengan pihak universitas-universitas yang ada di Malaysia," ujarnya.

Selain itu, menjadikan musik sebagai sarana edukasi lingkungan, dengan mengajak masyarakat untuk menanam pohon guna menciptakan lingkungan yang bersih.

Ke-21 band kotemporer itu, diantaranya, ALP Bora (Turki), Chet Nuneta (Perancis) Dizu Plaatjies and The Ibuyambo Ensemble (Afrika Selatan), Gema SLDN-SCV (Sarawak), Rafli Wa Saja (Indonesia), Habadekuk (Denmark), Kila (Irlandia), Kries (Kroasia), Lan E` Tuyang (Sarawak), Madeeh (Sarawak), Maya Green (Sarawak), Mohsen Sharifian and The Lian Band (Iran) Native Chanting (Sarawak), Nunukul Yuggera (Australia), Korean Performing Arts (Korea), Pine Leaf Boys (Amerika Serikat), Rey Vallenato Beto Jamaica (Kolombia), Rhythm In Bronze (Malaysia), Shangyin Chinese Chamber Music Ensemble (Sarawak), dan Spritual Seasons (Ukraina).

Beberapa kegiatan pendukung sebelum penyelenggaraan RWMF 2013, diantaranya Borneo Jazz Festival yang digelar di Miri, Mei 2013, Borneo World Music Festival dan ekspo yang diselenggarakan di pusat kota Sarawak, Kuching yang baru saja selesai diselenggarakan.

Selain pertunjukan musik, kegiatan tahunan itu juga menggelar ekspo kerajinan tangan dari berbagai negara di dunia serta aneka kuliner yang dapat dinikmati di lokasi acara.

(A057/N005)