Santubong,
Sarawak (ANTARA News) - Ribuan penonton saksikan malam kedua digelarnya
Rainforest World Music Festifal (RWMF) ke-XVI, yang menampilkan 21 band
kotemporer dari berbagai negara di dunia, 28 -- 30 Juni di Kampung
Budaya Sarawak, Malaysia.
"Saya setiap tahun selalu menyempatkan waktu untuk menyaksikan RWMF
yang sudah dilakukan tahun 1999 oleh Sarawak Tourism Boar (STB)," kata
Eithan Silas salah seorang warga Sarawak, Sabtu malam.
Menurut dia, pergelaran musik dari berbagai dunia dalam RWMF cukup
menarik untuk dinikmati, sehingga dirinya selalu menyempatkan diri untuk
menontonnya.
"Sehingga tidak mustahil juga kalau hampir sebagian besar yang menyaksikan RWMF adalah wisatawan mancanegara," ujarnya.
Ribuan penonton baik wisatawan mancanegara maupun penduduk lokal
tampak sangat menikmati alunan musik dari berbagai dunia secara
bergiliran di panggung yang disediakan pihak panitia, termasuk
penampilan Rafly Wa Saja dari Banda Aceh, warga Indonesia yang mampu
membius penonton dengan alunan musik khas dan menggunakan bahasa Aceh.
Sementara itu, Menteri Pariwisata Sarawak Datuk Amar Abang Haji
Abdul Rahman Zohari menargetkan, kunjungan sebanyak 33 ribu baik dari
wisatawan mancanegara dan lokal pada penyelenggaraan RWMF ke-XVI, di
Kampung Budaya Sarawak, Malaysia.
"Kami berharap ekonomi dunia lebih baik lagi sehingga
penyelenggaraan RWMF tahun mendatang lebih banyak lagi menyedot
kunjungan wisatawan mancanegara dan lokal," kata Datuk Amar Abang Haji
Abdul Rahman Zohari.
Ia menjelaskan, sekitar setahun pihaknya terus meningkatkan
pembangunan infrastruktur jalan dan infrastruktur lainnya guna memajukan
penyelenggaraan RWMF di Sarawak, sehingga bisa menarik dan nyaman untuk
dikunjungi, baik oleh wisatawan mancanegara maupun lokal.
"Kami juga mencoba mengidentifikasi keinginan penonton RWMF sehingga
terus membangun dan mengembangkan musik, serta bekerja sama dengan
pihak universitas-universitas yang ada di Malaysia," ujarnya.
Selain itu, menjadikan musik sebagai sarana edukasi lingkungan,
dengan mengajak masyarakat untuk menanam pohon guna menciptakan
lingkungan yang bersih.
Ke-21 band kotemporer itu, diantaranya, ALP Bora (Turki), Chet
Nuneta (Perancis) Dizu Plaatjies and The Ibuyambo Ensemble (Afrika
Selatan), Gema SLDN-SCV (Sarawak), Rafli Wa Saja (Indonesia), Habadekuk
(Denmark), Kila (Irlandia), Kries (Kroasia), Lan E` Tuyang (Sarawak),
Madeeh (Sarawak), Maya Green (Sarawak), Mohsen Sharifian and The Lian
Band (Iran) Native Chanting (Sarawak), Nunukul Yuggera (Australia),
Korean Performing Arts (Korea), Pine Leaf Boys (Amerika Serikat), Rey
Vallenato Beto Jamaica (Kolombia), Rhythm In Bronze (Malaysia), Shangyin
Chinese Chamber Music Ensemble (Sarawak), dan Spritual Seasons
(Ukraina).
Beberapa kegiatan pendukung sebelum penyelenggaraan RWMF 2013,
diantaranya Borneo Jazz Festival yang digelar di Miri, Mei 2013, Borneo
World Music Festival dan ekspo yang diselenggarakan di pusat kota
Sarawak, Kuching yang baru saja selesai diselenggarakan.
Selain pertunjukan musik, kegiatan tahunan itu juga menggelar ekspo
kerajinan tangan dari berbagai negara di dunia serta aneka kuliner yang
dapat dinikmati di lokasi acara.
(A057/N005)
Berita Terkait
Kecewa konser dibatalkan, calon penonton laporkan panitia ke polisi
Jumat, 19 April 2024 22:06 Wib
Penonton 'Exhuma' melebihi tiga juta dalam sepekan
Kamis, 29 Februari 2024 11:33 Wib
Joko Anwar sebut film Siksa Kubur ajak penonton pertanyakan keimanan diri
Kamis, 22 Februari 2024 9:24 Wib
KPU RI ungkap 394 juta penonton saksikan empat debat Pemilu 2024
Sabtu, 3 Februari 2024 14:43 Wib
Debat ke-5 diusulkan tanpa penonton
Jumat, 26 Januari 2024 17:13 Wib
Film '13 Bom di Jakarta' tembus hingga 500 ribu penonton di bioskop
Rabu, 3 Januari 2024 17:50 Wib
KPU tetapkan debat Capres-Cawapres 2024 tanpa penonton hoaks!
Selasa, 2 Januari 2024 20:26 Wib
Polisi tetapkan satu tersangka ricuh penonton laga PSIS kontra PSS
Kamis, 14 Desember 2023 8:21 Wib