Ratusan Petani Karet Kotawaringin Timur Enggan Menyadap

id Ratusan Petani Karet Kotawaringin Timur Enggan Menyadap

Ratusan Petani Karet Kotawaringin Timur Enggan Menyadap

Ilustrasi, Petani Karet. (Istimewa)

Curah hujan yang tinggi menyulitkan petani untuk menyadap getah karet...
Sampit (Antara Kalteng) - Ratusan petani karet Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah enggan menyadap tanamannya karena harga jualnya turun.

"Harga jual getah karet dalam satu bulan terakhir turun dari Rp12.500/kg sekarang menjadi Rp8.500/kg," kata salah seorang petani karet Desa Bajarum, Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kotim, Salimar kepada wartawan di Sampit, Sabtu.

Selain harga jual murah curah hujan yang tinggi juga membuat petani semakin enggan untuk menyadap getah karet.

Curah hujan yang tinggi menyulitkan petani untuk menyadap getah karet, sebab alur getah pada pohon karet akan terisi air hujan dan hal itu akan membuat mangkuk penampung getah akan cepat penuh oleh air hujan.

Pada umumnya para petani Desa Bajarum sekarang beralih profesi sebagai pedagang dadakan, mereka ada yang membuka warung makan, dan ada juga yang membuka warung kopi di sekitar jembatan Bajarum yang saat ini sedang dalam kondisi rusak akibat ditabrak tongkang penangkut hasil tangbang bijih besi.

Bagi petani yang memiliki kendaraan roda dua mereka menjual jasa angkutan sebagai ojek, mengantar penumpang maupun barang.

"Kami membuka warung kopi dan makan di pinggir jalan sejak kendaraan roda empat maupun truk angkutan dilarang melintas di jembatan Bajarum," katanya.

Ia mengaku berpenghasil lebih besar dibandingkan menyadap getah karet, yakni dalam sehari mampu mendapatkan uang antara Rp800.000 hingga Rp1 juta.

"Dibandingkan dengan menyadap karet penghasilan kami jauh lebih besar dalam satu bulan menyadap karet paling besar mampu menghasilkan uang sebesar Rp3-5 juta, namun dengan berjualan angka itu bisa kami raih selama 7-10 hari saja," ungkapnya.

Rusaknya jembatan Bajarum membawa berkah tersendiri bagi petani karet daerah itu karena kendaraan yang mengantri untuk menyeberang jumlah mencapai ratusan tiap harinya dan hal itu terjadi siang malam.



(T.KR-UTG/C/I006/I006)