Kairo (ANTARA News) - Pengamat Politik Timur Tengah, Mohamed Saleh
Shafiq, menilai gencatan senjata antara Israel dan Gerakan Islam Hamas
di Jalur Gaza, Palestina, untuk mengakhiri tujuh pekan konflik
bersenjata, rentan gagal.
"Serupa dengan sejumlah gencatan senjata kedua pihak sebelumnya,
kesepakatan kali ini pun diperkirakan gagal di tengah jalan," kata
Shafiq dalam perbincangan dengan Antara di Kairo, Rabu.
Menurut pandangan kolomnis politik itu, kegagalan penerapan gencatan
senjata tersebut karena kedua pihak, Israel dan Ezzeddin Al Qassam,
sayap militer Hamas, setengah hati menerima gencatan senjata.
"Dasar perjuangan Ezzeddin Al Qassam jelas, yaitu kemerdekaan
Palestina, bukan sekedar gencatan senjata. Begitu pula Israel menganggap
Ezzeddin Al Qassam sebagai duri dalam daging bagi keamanan Israel,"
katanya.
Shafiq merujuk pada kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas untuk
pengakhiri pertempuran hebat pada 2012 yang tidak berumur panjang.
"Kesepakatan gencatan senjata pada 2012 yang juga dimediasi Mesir
itu hanya bertahan beberapa pekan saja, dan pertempuran kedua pihak
secara sporadis kembali berkobar," paparnya.
Diungkapkan, butir-butir kesepakatan gencatan senjata pada 2012
kurang lebih sama dengan kesepakatan yang dicapai pada Selasa (26/7).
Butir-butir kesepakatan gencatan senjata itu, antara lain
menyangkut pembukaan pintu perlintasan Rafah yang menghubungkan Mesir
dan Gaza, penyempit zona keamanan di perbatasan Gaza-Israel dari 300
meter menjadi 100 meter, dan perluasan zona laut dari tiga mil menjadi
enam mil untuk akses warga Gaza memancing ikan.
Di sisi lain, Juru Bicara Perdana Menteri Israel, Mark Regev,
kepada jaringan televisi Saluran-1 Israel pada Rabu (27/8) mengatakan,
pihaknya masih mencermati aktivitas militer Hamas sebelum gencatan
senjata itu benar-benar diterapkan.
"Israel masih serius mencermati aktivitas militer Hamas dalam
beberapa hari mendatang untuk seberapa jauh mereka menaati kesepakatan
gencatan senjata," katanya.
Shafiq menilai pernyataan Mark Regev itu sebagai bentuk ketakutan Israel dalam menghadapi perang gerilya pejuang Palestina.
"Ketakutan Mark Regev terhadap Hamas itu tercermin dari kegagalan
Israel menekan Mesir dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk melucuti
senjata Hamas," katanya. (M043/Z002)
Berita Terkait
Kurs rupiah pada Senin pagi menguat 98 poin
Senin, 6 Mei 2024 11:25 Wib
Nilai tukar rupiah pada Jumat pagi menguat 108 poin
Jumat, 3 Mei 2024 10:07 Wib
Cegah banjir, DPRD nilai penanganan drainase perlu kerja sama lintas sektor
Kamis, 2 Mei 2024 16:26 Wib
Rupiah pada Kamis menguat 34 poin
Kamis, 2 Mei 2024 13:18 Wib
Towel nilai Timnas Indonesia berpeluang menang asal tak kebobolan lebih dulu
Senin, 29 April 2024 17:50 Wib
Kurs rupiah Senin pagi turun 30 poin
Senin, 29 April 2024 11:18 Wib
DPRD Palangka Raya nilai penerapan MCP oleh pemkot sudah baik
Jumat, 26 April 2024 17:35 Wib
Kurs rupiah Rabu pagi naik 55 poin
Rabu, 24 April 2024 11:30 Wib