Bupati Barut Minta PT AGU Beli TBS Sawit Petani
Muara Teweh (Antara Kalteng) - Bupati Barito Utara, Kalimantan Tengah Nadalsyah meminta perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Antang Ganda Utama PIR Butong Kecamatan Teweh Selatan merevisi surat yang menghentikan pembelian tandan buah segar petani plasma.
"Saya minta perusahaan segera merevisi surat penghentian pembelian tandan buah segar (TBS) milik petani plasma," katanya saat melakukan pertemuan dengan manajemen PT AGU dan petani di camp PT AGU Kecamatan Teweh Selatan, Sabtu.
Surat PT AGU yang menghentikan pembelian TBS petani plasma tersebut bisa menimbulkan gejolak dari petani plasma. Perusahaan sudah berjanji akan segera merevisi dan mengirim surat tersebut kepada petani dan menyatakan kesiapan membeli kembali TBS petani plasma.
"Penghentian pembelian TBS kelapa sawit milik petani plasma ini merupakan kejadian di luar dugaan, sebab jika tidak cepat ditangani dan dicari solusinya akan berdampak buruk terhadap investasi perkebunan di masa yang akan datang," kata dia.
Dalam kunjungan yang didampingi Wakil Ketua I DRPD Hj Merry Rukaini, asisten Pemerintahan Sugianto Panala Putra, dan sejumlah pejabat tersebut Bupati mengatakan, yang perlu prioritas adalah bagaimana perusahaan ini bisa membeli kembali TBS, walaupun dalam kondisi harga relatif murah.
Ia juga berharap petani plasma dapat menerima harga tersebut. Itu merupakan harga terbaik saat ini, sebab harga terbaru dari sejumlah daerah juga semua anjlok.
"Maka dari itu marilah kita menciptakan suasana keamanan dan ketertiban daerah ini, walaupun perasaan hati terasa panas, sebab harga tersebut masih bisa berubah pada masa mendatang. Kita jangan berpatokan pada harga bulan ini saja, tapi harus melihat ke depan, jangan sampai perusahaan ini malah tutup, dan bila tutup perusahaan mana lagi yang akan membeli TBS warga," kata Bupati.
Nadalsyah berharap semua saling memahami, karena bagaimana kondisi ekonomi global saat ini sedang tidak menentu. Ini bukan hanya terjadi di Kabupaten Barito Utara, tetapi semua Provinsi di Indonesia juga mengalaminya sehingga puncak harga terendah penjualan buah kelapa sawit adalah pada bulan ini Rp894,46/Kg.
Direktur Utama PT AGU Rudi Kuswandi mengungkapkan permasalahan ini berawal dari penetapan harga TBS pada September yang belum menemukan kesepakatan. PT AGU pernah bermohon kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan untuk memfasilitasi rapat penyesuaian harga TBS yang dilaksanakan hari Kamis 3 September 2015.
Setelah itu rapat kembali dilaksanakan yang dihadiri tim pokja pada hari Rabu 9 September 2015 di aula Rimbawan Dishutbun setempat.
Kesepakatan harga
"Dalam rapat itu harga yang kami tawarkan dari nilai riil yang siap dibeli adalah sebesar Rp894,46/kg TBS umur tanam 10-20 tahun dengan perhitungan indeks K 70,11 persen. Sementara dalam berita acara rapat di provinsi untuk umur tersebut adalah Rp1.365,68/kg TBS," jelasnya.
Salah seorang warga Muara Teweh Agus Sidik meminta pemerintah tetap berpihak kepada petani plasma. Kalau anjloknya harga minyak sawit mentah (CPO) itu jangan mengorbankan petani, karena itu sudah menjadi risiko perusahaan, katanya.
Kalau memang PT AGU mau mengubah harga TBS itu harus menjadi satu kesatuan karena ketetapan harga TBS untuk September 2015 merupakan harga resmi yang sesuai hasil rapat bersama dengan tim ketetapan TBS provinsi Kalteng bersama daerah lain.
"Jadi kami ingatkan pemerintah dan anggota dewan harus prorakyat. Jangan mementingakaan perusahaan saja karena petani plasma kelapa sawit mencapai 1.800 kepala keluarga. Jadi kalau menghendaki kemauan PT AGU, kasihan ribuan petani dikorbankan," kata Agus.
"Saya minta perusahaan segera merevisi surat penghentian pembelian tandan buah segar (TBS) milik petani plasma," katanya saat melakukan pertemuan dengan manajemen PT AGU dan petani di camp PT AGU Kecamatan Teweh Selatan, Sabtu.
Surat PT AGU yang menghentikan pembelian TBS petani plasma tersebut bisa menimbulkan gejolak dari petani plasma. Perusahaan sudah berjanji akan segera merevisi dan mengirim surat tersebut kepada petani dan menyatakan kesiapan membeli kembali TBS petani plasma.
"Penghentian pembelian TBS kelapa sawit milik petani plasma ini merupakan kejadian di luar dugaan, sebab jika tidak cepat ditangani dan dicari solusinya akan berdampak buruk terhadap investasi perkebunan di masa yang akan datang," kata dia.
Dalam kunjungan yang didampingi Wakil Ketua I DRPD Hj Merry Rukaini, asisten Pemerintahan Sugianto Panala Putra, dan sejumlah pejabat tersebut Bupati mengatakan, yang perlu prioritas adalah bagaimana perusahaan ini bisa membeli kembali TBS, walaupun dalam kondisi harga relatif murah.
Ia juga berharap petani plasma dapat menerima harga tersebut. Itu merupakan harga terbaik saat ini, sebab harga terbaru dari sejumlah daerah juga semua anjlok.
"Maka dari itu marilah kita menciptakan suasana keamanan dan ketertiban daerah ini, walaupun perasaan hati terasa panas, sebab harga tersebut masih bisa berubah pada masa mendatang. Kita jangan berpatokan pada harga bulan ini saja, tapi harus melihat ke depan, jangan sampai perusahaan ini malah tutup, dan bila tutup perusahaan mana lagi yang akan membeli TBS warga," kata Bupati.
Nadalsyah berharap semua saling memahami, karena bagaimana kondisi ekonomi global saat ini sedang tidak menentu. Ini bukan hanya terjadi di Kabupaten Barito Utara, tetapi semua Provinsi di Indonesia juga mengalaminya sehingga puncak harga terendah penjualan buah kelapa sawit adalah pada bulan ini Rp894,46/Kg.
Direktur Utama PT AGU Rudi Kuswandi mengungkapkan permasalahan ini berawal dari penetapan harga TBS pada September yang belum menemukan kesepakatan. PT AGU pernah bermohon kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan untuk memfasilitasi rapat penyesuaian harga TBS yang dilaksanakan hari Kamis 3 September 2015.
Setelah itu rapat kembali dilaksanakan yang dihadiri tim pokja pada hari Rabu 9 September 2015 di aula Rimbawan Dishutbun setempat.
Kesepakatan harga
"Dalam rapat itu harga yang kami tawarkan dari nilai riil yang siap dibeli adalah sebesar Rp894,46/kg TBS umur tanam 10-20 tahun dengan perhitungan indeks K 70,11 persen. Sementara dalam berita acara rapat di provinsi untuk umur tersebut adalah Rp1.365,68/kg TBS," jelasnya.
Salah seorang warga Muara Teweh Agus Sidik meminta pemerintah tetap berpihak kepada petani plasma. Kalau anjloknya harga minyak sawit mentah (CPO) itu jangan mengorbankan petani, karena itu sudah menjadi risiko perusahaan, katanya.
Kalau memang PT AGU mau mengubah harga TBS itu harus menjadi satu kesatuan karena ketetapan harga TBS untuk September 2015 merupakan harga resmi yang sesuai hasil rapat bersama dengan tim ketetapan TBS provinsi Kalteng bersama daerah lain.
"Jadi kami ingatkan pemerintah dan anggota dewan harus prorakyat. Jangan mementingakaan perusahaan saja karena petani plasma kelapa sawit mencapai 1.800 kepala keluarga. Jadi kalau menghendaki kemauan PT AGU, kasihan ribuan petani dikorbankan," kata Agus.