Peneliti Peraih Penghargaan Internasional Berharap Ramuan Dayak Dipatenkan

id sman 1 sampit, peneliti muda, Sabrina Salwa Sabila, Gusti Salsabila

Peneliti Peraih Penghargaan Internasional Berharap Ramuan Dayak Dipatenkan

Dua peneliti muda asal SMA Negeri 1 Sampit, Gusti Salsabila dan Sabrina Salwa Sabila yang meraih penghargaan khusus tingkat internasional. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antara Kalteng) - Dua peneliti muda peraih penghargaan internasional asal Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Sabrina Salwa Sabila dan Gusti Salsabila, berharap ramuan tradisional suku Dayak dipatenkan dan diproduksi massal di masa mendatang.

"Kami berharap bisa melanjutkan penelitian itu dan diproduksi menjadi obat untuk membantu masyarakat dan dipatenkan. Memang sangat panjang tahapannya, tapi kami berharap itu suatu saat terwujud," kata Salwa di Sampit, Kamis.

Salwa dan Salsabila tergabung dalam delapan peneliti belia dari kontingen tim nasional Indonesia yang berlomba pada ajang International Conference of34 Young Scientists atau ICYS yang mengikuti lomba di Stuttgart, Jerman pada 16-18 April lalu. Tim ini menampilkan enam riset dan akhirnya meraih satu emas, dua perak dan dua spesial award.

Salwa dan Salsabila yang merupakan siswi SMA Negeri 1 Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, meraih penghargaan khusus Life Sciences atas riset mereka yang berjudul "Kalapapa Dayak`s Ancient Plant as a Potential Natural Cure for Tonsil", yakni meneliti obat tradisional Dayak berupa kulit kayu halaban untuk radang amandel.

Peserta ICYS 2017 yaitu Belarusia, Brasil, Bulgaria, Kroasia, Repubik Ceko, Prancis, Georgia, Jerman, Yunani, Hungaria, India, Indonesia, Iran, Lithuania, Makedonia, Malaysia, Belanda, Polandia, Rumania, Rusia, Serbia, Singapura, Sri Lanka, Thailand, Tunisia, Turki dan Ukrania.

Menurut Salwa, kulit kayu halaban sudah lama digunakan masyarakat Dayak untuk mengobati amandel. Hasil penelitian mereka, secara ilmiah kulit kayu halaban memang mengandung zat yang dapat membunuh bakteri penyebab amandel sehingga sudah seharusnya dikembangkan secara modern dijadikan dalam bentuk obat tablet atau lainnya.

Terkait keberhasilan mereka meraih penghargaan internasional, Salwa menganggap ini menjadi pembuktian bahwa pelajar di daerah pun mampu menorehkan prestasi, bahkan untuk tingkat dunia. Keterbatasan yang ada jangan membuat pelajar patah semangat dalam mengejar prestasi.

"Gagal itu biasa, apalagi dalam hal penelitian. Kami juga mengalami itu. Yang penting jangan patah semangat. Ketika kita berhenti, maka saat itulah kita gagal. Makanya, teruslah berusaha," kata Salsabila menambahkan.

Mereka berharap pemerintah meningkatkan sarana pendidikan, seperti laboratorium dan peralatan yang dibutuhkan. Mereka yakin potensi pelajar di Kotawaringin Timur sangat besar dalam hal prestasi.

Kepala SMA Negeri 1 Sampit, Muhammad Darma Setiawan mengaku sangat bangga dengan prestasi anak didiknya. Pihak sekolah bertekad akan terus mendorong pengembangan potensi anak didiknya.

"Yang membuat kami salut, di tengah keterbatasan ini, anak-anak tidak patah semangat bahkan mampu mengharumkan nama bangsa. Ini juga berkat dukungan pemerintah daerah, BUMN dan lainnya yang banyak membantu," kata Darma.

Pihaknya akan berusaha sekuat mungkin untuk menyalurkan kemampuan siswa. SMA Negeri 1 Sampit berencana kembali mengikutkan siswa mereka jika ada lomba penelitian serupa yang dilakukan berjenjang mulai di daerah.