Palangka Raya (Antara Kalteng) - Badan Pusat Statistik mencatat komoditi Batako dan tarif listrik serta pasir menjadi penyumbang tertinggi terjadinya inflasi di Provinsi Kalimantan Tengah pada Mei 2017 yang berkisar 0,34 persen dengan laju tahun kalender 2,27 persen dan tahun ke tahun sebesar 4,84 persen.
Inflasi 0,34 persen provinsi ini merupakan gabungan dari Kota Palangka Raya yang mengalami inflasi 0,53 persen dan Sampit 0,02 persen, kata Kepala BPS Kalteng Hanif Yahya di Palangka Raya, Jumat.
"Komoditas penyumbang inflasi tertinggi di Kota Palangka Raya yakni batako, pasir, tarif listrik, batu dan angkutan udara. Sementara penyumbang tertinggi inflasi di Sampit yakni tarif dasar listrik, pasir, bawang putih, angkutan udara dan baju muslim," bebernya.
Selama Mei 2017, Kota Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,53 persen atau mengalami kenaikan indeks harga dari 125,49 di bulan April 2017 menjadi 126,16. Laju Inflasi tahun kalender 2017 tercatat 2,27 persen dengan laju inflasi tahun ke tahun sebesar 4,80 persen.
Hanif mengatakan, inflasi di Palangka Raya dipengaruhi meningkatnya indeks harga terutama kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 2,23 persen, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,88 persen, serta sandang 0,28 persen, dan indeks harga kelompok pengeluaran lainnya mengalami penurunan.
"Inflasi tahun ke tahun sebesar 4,80 persen itu dipengaruhi tingginya perubahan indeks harga pada seluruh kelompok pengeluaran rumah tangga 11,03 persen dan transportasi komunikasi serta jasa keuangan 5,38 persen," tambahnya.
Sementara di Kota Sampit pada Mei 2017 mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dengan indeks harga dari 129,83 di April 2017 menjadi 129.86. Inflasi sebesar ini dipengaruhi kenaikan indeks harga pada kelompok pengeluaran sandang 1,32 persen, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 1,28 persen.
Kemudian transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,41 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,06 persen, serta makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,04 persen.
"Sementara itu, indeks harga kelompok pengeluaran bahan makanan, sandang dan kesehatan mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,53 persen dan 0,04 persen," kata Hanif.