Sampit (Antara Kalteng) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menggelar tradisi budaya Mandi Safar dan Simah Laut yang merupakan bagian dari agenda pariwisata kabupaten ini.
"Mandi Safar akan dilaksanakan pada 15 November, sedangkan Simah Laut dilaksanakan pada 26 November. Kami mengajak masyarakat dan wisatawan datang ke Sampit untuk menyaksikan dua event budaya ini," ajak Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur, Fajrurrahman di Sampit, Rabu.
Mandi Safar adalah tradisi masyarakat bersama-sama mandi di sungai sebagai simbol dan sekaligus harapan membersihkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Tradisi yang kini dikemas menjadi agenda pariwisata daerah itu biasanya dilaksanakan pada Rabu terakhir di bulan Safar.
Tahun lalu, acara pembukaan dilaksanakan di ikon patung Jelawat, kemudian mandi bersama di Sungai Mentaya yang dipusatkan di Dermaga Habaring Hurung. Biasanya, masyarakat di lokasi lainnya juga banyak melaksanakan tradisi ini. Tradisi akan dipimpin tokoh adat dan didahului dengan doa bersama.
Tradisi Mandi Safar nanti akan dimeriahkan berbagai kegiatan, di antaranya lomba melukis dan mewarnai, lomba fashion show anak dan remaja, lomba tari dan penyajian kue tradisional. Acara ini biasanya juga diisi pembagian berbagai hadiah dadakan bagi warga yang ikut mandi di sungai.
Sementara itu, Simah Laut akan dilaksanakan di Pantai Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit pada 26 November. Tradisi ini dilaksanakan di kampung nelayan sekaligus objek wisata yang berjarak sekitar 85 kilometer dari pusat kota Sampit.
Simah Laut merupakan tradisi budaya yang dilakukan turun temurun oleh nelayan di Kecamatan Teluk Sampit. Kegiatan tahunan ini dilaksanakan di pantai Ujung Pandaran dan kini dikemas menarik menjadi salah satu agenda pariwisata andalan Kotawaringin Timur.
Tradisi budaya Simah Laut ini hampir mirip dengan tradisi nelayan di daerah lain, yakni melarung beberapa jenis benda ke laut. Warga biasanya membuat miniatur perahu kayu yang dihias menjadi cantik. Di dalamnya dimasukkan 41 jenis kue tradisional, ketan dan lainnya yang nantinya akan dilarung atau dilarutkan di laut.
Sebelum acara inti, dilakukan doa bersama oleh ulama setempat untuk mendoakan agar kondisi laut di tahun mendatang lebih baik sehingga hasil tangkapan nelayan lebih banyak. Masyarakat juga berdoa agar diberi keselamatan diri dan tempat tinggal mereka
Acara ini biasanya dihadiri banyak wisatawan lokal dan luar daerah. Apalagi panitia selalu menyiapkan berbagai hiburan untuk meramaikan acara.
"Ini bagian tradisi budaya yang sudah ada sejak dulu. Hanya saja, sekarang ini kami kemas supaya lebih menarik untuk dijadikan event pariwisata agar wisatawan datang berwisata ke Kotawaringin Timur," kata Fajrurrahman.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur bertekad menjadikan daerah mereka sebagai daerah tujuan wisata. Pariwisata terus dikembangkan karena potensinya sangat besar dan diharapkan mampu menjadi sektor andalan baru untuk membantu menopang perekonomian daerah dan masyarakat.
Berita Terkait
Pemkab Mura lestarikan budaya melalui Festival Tira Tangka Balang
Kamis, 2 Mei 2024 19:23 Wib
'Dating Menari 2024' jadi wadah generasi muda Gumas asah bakat
Minggu, 28 April 2024 16:22 Wib
Pemkab selenggarakan Festival Marunting Batu Aji promosikan kebudayaan
Sabtu, 27 April 2024 6:53 Wib
Ribuan peserta semarakkan Pawai Karnaval Budaya di Kapuas
Sabtu, 27 April 2024 6:37 Wib
Wagub Kalteng: Kolaborasi optimalkan pengembangan sektor pariwisata
Jumat, 26 April 2024 17:53 Wib
Disdikbud Mura berikan pelatihan PBD dan Sulingjar ke puluhan kepsek
Kamis, 25 April 2024 17:54 Wib
Upaya pengembangan kebudayaan di Kapuas melalui festival budaya diapresiasi
Rabu, 24 April 2024 15:55 Wib
Lestarikan budaya melalui lomba Karungut di rangkaian HUT Kapuas ke-218
Senin, 22 April 2024 22:02 Wib