Sampit (Antara) - Fasilitas wisata hutan Sagonta Kota yang ada di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, perlu dilengkapi agar wisatawan makin nyaman berwisata ke objek wisata alam tersebut.
"Kami berharap pemerintah daerah lebih fokus dalam mengembangkan Sagonta Kota. Sayang kalau tidak optimal karena potensinya bagus tapi sarananya belum lengkap," kata tokoh perempuan di Kecamatan Baamang, Rusmilawati di Sampit, Minggu.
Sagonta Kota yang terletak di Kelurahan Baamang Hulu Kecamatan Baamang, makin banyak dikenal masyarakat. Tidak hanya wisatawan lokal, kini banyak wisatawan luar daerah yang penasaran ingin berkunjung ke hutan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pusat kota Sampit tersebut.
Saat ini Sagonta Kota lebih mudah dijangkau melalui jalur sungai karena letaknya di pinggir Sungai Mentaya. Pemerintah daerah diminta menuntaskan pembangunan jalan di dalam kawasan Sagonta Kota agar wisatawan makin nyaman mengakses melalui jalur darat dan menyusuri ke dalam hutan.
Fasilitas lainnya juga perlu dilengkapi, seperti toilet umum, tempat santai dan lainnya. Fasilitas itu penting agar wisatawan merasa nyaman sehingga mereka akan kembali berkunjung dan mengajak wisatawan lainnya.
"Dermaganya juga harus diperbaiki karena saat ini banyak lantai ulinnya yang dicuri orang. Tidak enak juga melihatnya kalau wisatawan luar daerah berkunjung ke sana melihat kondisi seperti itu," kata Rusmilawati yang merupakan istri Camat Baamang HM Yusransyah.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur, Fajrurrahman mengatakan, Sagonta Kota merupakan salah satu objek wisata yang menjadi prioritas. Tahun ini sejumlah pembangunan akan dilaksanakan di objek wisata tersebut.
"Terkait pencurian ulin lantai dermaga itu, kami berencana merekrut dua petugas yang berjaga sekaligus menjadi pemandu di hutan Sagonta Kota. Sagonta Kota akan dikembangkan sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu objek wisata favorit," kata Fajrurrahman.
Areal hutan Sagonta Kota cukup luas yaitu mencapai 500 hektare, namun yang akhirnya ditetapkan menjadi kawasan ekowisata hanya sekitar 200 hektare. Masyarakat sudah sepakat bahwa kawasan itu tidak boleh dialihfungsikan seperti untuk perkebunan kelapa sawit, namun mereka tetap bisa mengambil hasil hutan dengan mengusung kearifan lokal yang mengutamakan kelestarian lingkungan.
Hasil pendataan, diperkirakan lebih dari 39 jenis tanaman dan 40 satwa yang menghuni hutan gambut tersebut. Tanaman yang mulai langka seperti pohon besi atau ulin masih bisa ditemukan di sana. Begitu pula berbagai satwa seperti biawak, beruang hingga satwa langka seperti owa-owa dan orangutan juga masih ditemukan di kawasan itu.?
Masih diperlukan jembatan kecil untuk memudahkan wisawatan menyusuri masuk ke kawasan hutan tersebut. Dari 1,5 kilometer panjang jalur hingga ke dermaga, baru 100 meter yang sudah tersedia jembatan jalurnya. Pemerintah daerah memastikan akan mengembangkan kawasan itu agar menjadi salah satu objek wisata unggulan.
Berita Terkait
Pembenahan objek wisata Gumas upaya tingkatkan wisatawan
Selasa, 23 April 2024 5:31 Wib
Pantai Ujung Pandaran masih paling diminati wisatawan
Rabu, 17 April 2024 6:01 Wib
Polisi tangkap pelaku pencurian terhadap wisatawan asal Prancis
Sabtu, 13 April 2024 21:55 Wib
Seorang anak tenggelam di Ujung Pandaran, BPBD minta wisatawan tingkatkan kewaspadaan
Kamis, 11 April 2024 16:08 Wib
Agoda luncurkan destinasi 'hidden gem', tujuan baru bagi wisatawan
Senin, 8 Januari 2024 15:56 Wib
BPBD Kotim sisir Pantai Ujung Pandaran ingatkan wisatawan
Selasa, 2 Januari 2024 8:06 Wib
Wisatawan padati objek wisata di Palangka Raya manfaatkan libur tahun baru
Selasa, 2 Januari 2024 6:01 Wib
Kota Kuala Pembuang harus miliki hal yang unik tarik kunjungan wisatawan
Minggu, 31 Desember 2023 19:17 Wib