Ini nilai positif tradisi berbagi bubur asyura bagi masyarakat Sampit

id Ini nilai positif tradisi berbagi bubur asyura bagi masyarakat Sampit,10 Muharam,Hari asyura,Kotim,Sampit,Dadang H Syamsu

Ini nilai positif tradisi berbagi bubur asyura bagi masyarakat Sampit

Masyarakat Kelurahan Baamang Hulu antusias melaksanakan tradisi membuat bubur asyura yang biasanya dilaksanakan pada 10 Muharam hingga beberapa hari sesudahnya, Jumat (21/9/2018). (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, mendukung pelestarian berbagai tradisi di masyarakat, selama itu membawa manfaat dan tidak melanggar aturan.

"Seperti tradisi memasak dan berbagi bubur asyura setiap tanggal 10 Muharam. Ini harus dipertahankan dan dikembangkan, mengingat ada banyak makna yang terkandung di dalamnya," kata anggota Komisi III DPRD Kotawaringin Timur, Dadang H Syamsu di Sampit, Jumat.

Tradisi memasak bubur asyura masih dilestarikan sebagian masyarakat Sampit. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setiap tanggal 10 Muharram atau sering disebut hari asyura. Tahun ini hari asyura bertepatan pada Kamis (20/9) kemarin.

Kemarin, pembuatan dan pembagian bubur asyura dilaksanakan oleh masyarakat di sejumlah lokasi di Sampit, seperti di Jalan Juanda, Masjid Kota dan kawasan Pasar Keramat. Masyarakat antusias menyambut tradisi ini.

Hari ini, giliran masyarakat di Kelurahan Baamang Hulu Kecamatan Baamang yang memasak dan membagikan bubur asyura. Masyarakat bahu-membahu menyiapkan bahan dan memasak bubur asyura.

Puluhan perempuan berbagi tugas memasak dan menyiapkan bubur asyura. Setelah masak, bubur asyura dimasukkan ke kresek untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat.

Sebelum pembagian bubur asyura, dilaksanakan doa bersama dan tausiyah di mushalla di tempat itu. Setelah itu, warga makan bubur asyura bersama, kemudian membagi-bagikannya kepada masyarakat.

"Banyak nilai positif dari tradisi berbagi bubur asyura. Di antaranya bernilai ibadah, bubur asyura dibuat secara bergotong royong sehingga mempererat kebersamaan dan persatuan serta menjadi momen untuk berbagi karena bubur asyura setelah selesai dimasak akan dibagikan kepada masyarakat sekitar," kata Dadang.

Tidak diketahui persis sejak kapan memasak bubur asyura dianggap tradisi bagi sebagian umat Islam di Sampit. Kegiatan ini dilaksanakan tepat saat tibanya tanggal 10 Muharam.

Sebagian warga ada yang mengartikan tradisi itu sebagai simbol tolak bala. Makin banyak jenis bahan yang dicampurkan maka dianggap makin bagus.

Memasak bubur asyura sama seperti masak bubur biasanya. Hanya, bahan yang dicampur dalam membuat bubur asyura, biasanya dilengkapkan 41 jenis bahan dan rempah-rempah seperti sayur dan kacang-kacangan ditambah daging dan telur.

Banyak kejadian pada 10 Muharam, di antaranya hari penciptaan alam semesta, hari saat Nabi Nuh diselamatkan dari banjir bandang, hari saat Nabi Musa melintasi laut Merah terbelah ketika dikejar tentara Fir`aun.

Hari Asyura juga saat Nabi Ibrahim selamat dari pembakaran Raja Namrud, hari saat Nabi Yunus keluar dari perut ikan dan kejadian penting lainnya.

Umat Islam dianjurkan berpuasa tasu`a dan asyura, yakni pada 9 dan 10 Muharam. Meski hukumnya puasa sunat, namun banyak orang yang selalu tidak melewatkan puasa dua hari tersebut.