Sukses lampaui 'passing grade' seleksi CPNS, begini kiat bidan ini

id Sukses lampaui 'passing grade' seleksi CPNS, begini kiat bidan ini,Seleksi CPNS,Tes CPNS,Kotim,Sampit,Sukses lampaui passing grade seleksi CPNS

Sukses lampaui 'passing grade' seleksi CPNS, begini kiat bidan ini

Anisa, peserta seleksi CPNS yang mampu melampaui ambang batas nilai seleksi kompetensi dasar CPNS Pemkab Kotim pada sesi pertama di hari pertama, Rabu (7/11/2018). (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Ambang batas nilai minimal atau 'passing grade' menjadi momok bagi peserta seleksi calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Kalimantan Tengah tahun ini karena ratusan, bahkan ribuan peserta harus terhenti di tengah jalan akibat aturan itu.

Hanya sedikit peserta yang mampu sukses meraih nilai melampaui ambang batas seleksi kompetensi dasar (SKD) menggunakan sistem computer assisted test (CAT). Padahal, masih ada tahapan lain yang harus dihadapi peserta yaitu seleksi kompetensi bidang (SKB).

Mereka yang berhak mengikuti SKB hanya tiga peserta yang meraih nilai melampaui ambang batas dan tertinggi nilai SKD pada masing-masing formasi. Tahapan SKB merupakan paling menentukan siapa yang nantinya dinyatakan lulus menjadi CPNS.

Salah seorang peserta yang mampu melampaui 'passing grade' di hari pertama tahap SKD seleksi CPNS di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah Anisa. Dari 95 peserta seleksi sesi pertama, Anisa adalah peserta satu-satunya yang mampu melampaui ambang batas nilai tersebut.

"Saya sangat bersyukur. Tadi gugup juga karena merasa belum maksimal menjawab karena waktu sangat terbatas," kata Anisa saat dibincangi usai seleksi.
 
Anisa, peserta seleksi CPNS yang mampu melampaui ambang batas nilai seleksi kompetensi dasar CPNS Pemkab Kotim pada sesi pertama di hari pertama, Rabu (7/11/2018). (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Perempuan kelahiran Desa Kandan Kecamatan Kotabesi tahun 1991 itu seketika menjadi perhatian peserta yang sedang menunggu giliran sesi seleksi berikutnya serta keluarga peserta yang menunggu di luar aula. Banyak yang langsung mengucapkan selamat kepada perempuan yang saat ini tercatat sebagai bidan berstatus pegawai kontrak di Rumah Sakit Pratama H Supian Hadi Parenggean.

Demi transparansi, panitia memasang dua layar besar di halaman aula Badan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Badan Kepegawaian Daerah Kotawaringin Timur, lokasi seleksi berlangsung. Dua layar itu menampilkan secara online nilai seluruh peserta yang sedang mengikuti SKB di dalam aula, meski peserta belum keluar dari ruangan aula.

Setiap peserta diberi 100 soal dengan waktu menjawab hanya 90 menit. Badan Kepegawaian Negara sudah menetapkan 'passing grade' atau nilai ambang batas kelulusan SKD, yaitu tes wawasan kebangsaan    (TWK) 75 poin, tes intelegensia umum (TIU) 80 poin dan tes karakteristik pribadi    (TKP) 143 poin.
 
Anisa berpeluang besar melaju ke tahapan berikutnya karena nilai yang diperolehnya pada tahapan SKD ini cukup tinggi. Nilai yang diperoleh Anisa yaitu TWK 95 poin, TIU 95 poin dan TKP 148 poin.

Namun seperti peserta lainnya, Anisa juga mengaku cukup kesulitan saat menjawab soal Matematika. Dia merasa tidak memiliki cukup waktu untuk menghitung dan menjawab soal Matematika dengan maksimal.

"Saya tidak sempat menghitungnya karena saya menjawabnya terakhir. Seharusnya Matematika lebih dulu. Kalau TKP, asal dijawab kan tetap dapat nilai. Seharusnya menjawab TKP dulu, baru soal yang agak sulit," ujarnya berpendapat.

Bidan yang memilih formasi dengan lokasi tugas yang sama dengan tempatnya bertugas saat ini, mengaku pernah mengikuti seleksi CPNS pada  2014 lalu, namun gagal. Dia tidak patah semangat dan kembali mengadu nasib dalam seleksi tahun ini.

Sebagai persiapan, Anisa berlatih menjawab soal dengan mencari kisi-kisi soal melalui internet. Cara itu ternyata cukup efektif untuk mengasah kemampuan. Bahkan menurut Anisa, kisi-kisi soal latihan yang banyak tersedia di internet, dirasa lebih sulit dibanding soal SKD yang baru saja dijalaninya.

"Jangan terlalu asik dengan soal-soal yang gampang. Lihat waktu, kemudian kembali ke soal yang sulit yang belum dijawab. Saya tadi keasyikan soal yang gampang, pas hendak kembali sudah kehabisan waktu," bidan cantik ini memberi kiat.
 
Peserta seleksi CPNS di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Perempuan lulusan Akademi Kebidanan Muhammadiyah Kotawaringin Timur tahun 2013 itu mengaku senang dengan capaian saat ini, namun dia tidak ingin lupa diri. Dia berharap menjadi peserta yang berhak mengikuti tahapan selanjutnya yaitu SKB.

Lebih jauh Anisa berharap seleksi CPNS tahun ini menjadi keberuntungannya. Dia berharap lulus menjadi CPNS dan mengabdi di RSP Supian Hadi Parenggean tempat dia bertugas saat ini.

Sementara itu, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kotawaringin Timur Alang Arianto berharap semua formasi terisi. Dia berharap banyak peserta yang mampu melampaui ambang batas nilai dan lulus menjadi CPNS.

"Fenomena ini sudah terjadi di daerah-daerah lain yang lebih dulu menggelar seleksi CPNS. Banyak peserta yang nilainya tidak mencapai 'passing grade'. Mudah-mudahan saja di Kotawaringin Timur banyak yang lulus," harap Alang.

Alang mengimbau peserta yang akan mengikuti seleksi mempersiapkan diri secara maksimal. Jangan hanya bersemangat mengikuti seleksi tapi tidak mempersiapkan diri menghadapi seleksi tersebut.

Saat menjalani seleksi, Alang menyarankan peserta memanfaatkan waktu dengan baik. Peserta jangan tergesa-gesa dalam menentukan jawaban pertanyaan karena tingkat kesulitan soal diperkirakan berbeda-beda sehingga memerlukan ketelitian agar bisa menjawab dengan tepat.

"Yang kami pantau tadi, banyak peserta yang langsung keluar setelah menyelesaikan menjawab soal padahal waktu masih tersedia. Seharusnya, peserta memanfaatkan waktu tersisa itu untuk memeriksa kembali, siapa tahu ada jawaban yang tidak tepat sehingga masih ada waktu untuk memperbaikinya. Keluar lebih awal belum tentu nilainya paling tinggi," ujar Alang.

Berdasarkan data, sebanyak 2.931 pelamar CPNS Pemkab Kotawaringin Timur yang dinyatakan memenuhi syarat mengikuti seleksi tahun ini. Jumlah tersebut terdiri dari 1.394 dari pelamar formasi guru, 1.537 dari pelamar tenaga kesehatan dan 1 dari honorer K2. 

Peserta bersaing memperebutkan 602 formasi yang tersedia, terdiri 325 formasi bidang pendidikan, 275 bidang kesehatan dan dua formasi pengangkatan honorer K2.

Dari jumlah tersebut, 26 formasi dipastikan tidak terisi, di antaranya formasi guru, dokter gigi, dokter spesialis dan satu formasi honorer K2. Selain karena tidak ada pelamar, penyebab lainnya juga  karena pendaftar tidak memenuhi syarat untuk mengikuti seleksi.