Jakarta (Antaranews Kalteng) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah sebesar 26 poin ke posisi Rp14.508 dibandingkan sebelumnya Rp14.482 per dolar AS.
"Pergerakan rupiah kembali melemah dibayangi oleh pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 18-19 Desember nanti mengenai kebijakan suku bunga the Fed," kata Analis CSA Research Institue Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Ia menambahkan pelemahan rupiah juga masih dipengaruhi oleh masih adanya keraguan mengenai hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China yang diperkirakan masih berpotensi memanas.
"Faktor eksternal masih membayangi arah pergerakan rupiah," katanya.
Ia mengharapkan sentimen positif mengenai peningkatan cadangan devisa dapat menahan pelemahan rupiah lebih dalam agar tidak membuat pasar khawatir mengenai perekonomian nasional.
Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat 117,2 miliar dolar AS pada akhir November 2018, meningkat dibandingkan dengan 115,2 miliar dolar AS pada akhir Oktober 2018.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menambahkan ada potensi mata uang rupiah bisa sedikit menguat dengan sentimen naiknya posisi cadangan devisa pada bulan November 2018.
"Posisi yang membaik ini akan menjadi sentimen positif untuk rupiah karena ditopang dengan suplai yang membaik. Untuk bulan Desember 2018 kami perkirakan juga ada potensi kenaikan seiringan dengan penerbitan obligasi global pemerintah senilai 3 miliar dolar AS," paparnya.
Ia memproyeksikan, rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.450-Rp14.470 per dolar AS pada awal pekan ini dengan tetap dalam penjagaan Bank Indonesia.