Pengembangan wisata Tumbang Gagu terkendala terbatasnya akses jalan

id Pengembangan pariwisata Tumbang Gagu terkendala terbatasnya akses jalan,Betang,Kotim,Sampit

Pengembangan wisata Tumbang Gagu terkendala terbatasnya akses jalan

Kepala Desa Tumbang Gagu, Timbang. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Desa Tumbang Gagu Kecamatan Antang Kalang yang terletak di ujung Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, memiliki potensi wisata yang luar biasa, namun keterbatasan akses jalan membuat potensi itu belum bisa digarap optimal.

"Jalan darat kan belum tembus, makanya wisatawan biasanya datang malah melalui Kabupaten Katingan karena jalan darat mereka ada yang sampai dekat desa kami. Masyarakat kami sangat berharap ada solusi terkait masalah kawasan agar pembangunan jalan ke desa kami bisa dilaksanakan," kata Kepala Desa Tumbang Gagu, Timbang di Sampit, Senin.

Untuk mencapai Desa Tumbang Gagu, terlebih dulu harus menempuh perjalanan darat dari Sampit menuju pusat Kecamatan Antang Kalang. Waktu tempuh berkisar tiga hingga lima jam, tergantung kondisi jalan karena sebagian rusak dan licin, terlebih saat musim hujan.

Perjalanan kemudian harus dilanjutkan melalui sungai menggunakan perahu motor atau sering disebut ces dengan waktu tempuh sekitar tujuh jam karena belum ada jalan darat. Biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali jalan Rp3 juta, sehingga jika pulang-pergi maka harus mengeluarkan biaya Rp6 juta.

Tidak heran jiwa wisatawan memilih berkunjung melalui Kabupaten Katingan karena jalan di kabupaten tetangga itu hanya berjarak sekitar tiga kilometer. Jika jalan darat dari Sampit menuju Tumbang Gagu sudah tembus, tentu wisatawan akan lebih mudah dan daerah pun akan diuntungkan dengan kedatangan wisatawan.

Objek wisata di Desa Tumbang Gagu yaitu betang atau rumah khas Suku Dayak yang sudah berusia lebih dari 100 tahun. Rumah panggung berukuran besar dan memiliki banyak kamar itu terbuat dari kayu ulin sehingga masih kokoh hingga saat ini.

Huma betang juga menjadi bukti bahwa sejak dulu masyarakat Dayak menjunjung tinggi toleransi. Dulunya, betang dihuni beberapa kepala keluarga yang sebagian berlatar belakang suku dan agama yang berbeda, namun semua bisa hidup rukun dan damai.

Objek wisata lainnya adalah Riam Maraku yang terletak di hulu Sungai Kalang. Di lokasi riam ini pemandangannya sangat indah dan masih asli dengan airnya yang jernih sehingga sangat menarik untuk dinikmati dan menjadi tempat bersantai melepas penat dari rutinitas.

Objek wisata di Desa Tumbang Gagu sudah dikenal luas, meski aksesnya masih sangat terbatas. Bahkan pernah ada turis asing yang datang menggunakan helikopter dengan mendarat di halaman sekolah di desa itu karena ingin berwisata ke desa tersebut.

"Kalau sudah ada jalan, pasti makin banyak wisatawan datang. Kalau dibuat jalan lurus dari kecamatan menuju ke desa kami, jaraknya sekitar 48 kilometer. Kendala selama ini kan terbentur masalah status kawasan hutan. Mudah-mudahan saja jalan itu bisa segera dibangun," harap Timbang.

Desa Tumbang Gagu dihuni lebih dari 140 kepala keluarga dengan 600 jiwa. Masyarakatnya mengandalkan hidup dari hasil pertanian yang mereka garap secara turun-temurun. Masyarakat berharap pembangunan jalan terealisasi agar desa mereka tidak lagi terisolasi sehingga perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pun meningkat.