Palangka Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik mencatat frekuensi penerbangan dari dan ke Provinsi Kalimantan Tengah selama semester II tahun 2018 secara konsisten mengalami penurunan, dan terus berlanjut hingga awal tahun 2019.
Selama Januari 2019 frekuensi penerbangan di provinsi ini sebanyak 1.655 kali, sedangkan Desember 2018 mencapai 1.836 kali, kata Kepala BPS Kalteng Yomin Tofri di Palangka Raya, Sabtu.
"Penurunan sebesar 9,86 persen di awal tahun 2019, menyebabkan berkurangnya aktivitas penumpang sekitar 11,29 persen dan volume barang (8,59 persen)," beber dia.
Dari keseluruhan jumlah penumpang selama Januari 2019 sebesar 136.402 orang, yang sebagian besar melalui bandara Tjilik Riwut Palangka Raya 62.882 orang (46,10 persen), disusul bandara Iskandar Pangkalan Bun 49.890 orang (36,58 persen), dan bandara H Asan Sampit 23.341 orang (17,11 persen).
Yomin mengatakan pada bulan yang sama, keseluruhan volume bongkar/muat barang sebanyak 1.661 ton, terdistribusi melalui Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya sebanyak 53,04 persen, bandara Iskandar Pangkalan Bun 31,61 persen, dan bandara H Asan Sampit sekitar 15,23 persen, serta bandara lainnya 0,12 persen.
"Kondisi frekuensi penerbangan berbeda dengan kunjungan kapal laut dari dan ke Provinsi Kalteng selama Januari 2019. Frekuensi kapal laut justru mengalami kenaikan 1,16 persen," beber dia.
Baca juga: Harga bahan makanan dan transportasi merosot, Kalteng alami deflasi
Kunjungan kapal laut selama Januari 2019 sebanyak 698 kali, sedangkan Desember 2018 hanya 690 kali. Meski begitu, jumlah penumpang kapal laut selama Januari 2019 hanya sekitar 20.566 orang, sementara Desember 2018 mencapai 26.275 orang.
"Tapi untuk jumlah barang yang dibongkar dan dimuat berbanding terbalik dengan penumpang. Jumlah barang yang diangkut selama Januari 2019 mencapai 1.572.145 ton, lebih banyak dibandingkan Desember 2018 hanya sekitar 1.241.537 ton," kata dia.
Dari aktivitas 20.566 orang penumpang yang datang dan berangkat selama Januari 2019, sebagian besar lebih memilih akses pelabuhan Kumai 68,61 persen, Sampit 31,37 persen, dan Pulang Pisau 0,02 persen.
Untuk arus lalu lintas barang yang mencapai 1,57 juta ton, aksesnya relatif lebih menyebar melalui beberapa pelabuhan. Tingginya volume bongkar dan muat barang, relatif terkonsentrasi di Pelabuhan Sampit 52,46 persen, Kumai 36,78 persen, dan Pulang Pisau 8,55 persen.
Baca juga: Retribusi jasa umum tak bisa langsung digunakan, kata Legislator Kalteng