Jakarta (ANTARA) - Produsen mobil listrik ternama Tesla berencana menutup beberapa diler dan ruang pamernya di pasar China.
Sejumlah pengamat berpendapat kebijakan tersebut ditempuh sebagai upaya penghematan biaya dalam menghadapi persaingan dari produk lokal China yang sedang gencar memperbanyak diler sebagaimana dilaporkan beberapa media setempat, Selasa.
Tesla akan menutup beberapa diler di China mulai triwulan kedua dan hal itu akan dilakukan terhadap dua dilernya di Shanghai, demikian ifnews.com melaporkan.
Perusahaan otomotif yang berbasis di California, Amerika Serikat, itu juga akan mengakhiri hubungan kerja dengan beberapa staf penjualannya di China.
"Kami akan menutup beberapa diler, tapi tetap mempertahankan platform, lokasi, dan pusat informasi di beberapa tempat ramai pembeli," demikian pernyataan kantor Tesla yang dikutip yicai.com.
Menurut laman resminya, Tesla memiliki 64 diler di daratan Tiongkok. Namun, pada Minggu (10/3) Tesla kembali pada rencana semula yang pernah disampaikan oleh CEO Elon Musk pada akhir Februari lalu mengenai penutupan sebagian besar dilernya dan beralih pada penjualan daring untuk menghemat biaya sehingga harganya pun lebih realistis.
Pihak Tesla menyebutkan 20 persen diler lainnya juga sedang dalam peninjauan selama beberapa bulan ke depan dengan mempertimbangkan efektivitas sehingga ada yang harus ditutup dan ada yang masih tetap buka.
Perusahaan itu juga akan menaikkan harga mobil listrik Tesla sebesar 3 persen di seluruh dunia pada 18 Maret 2019, kecuali untuk model 3 yang dipatok 35.000 dolar AS.
Pengamat otomotif independen yang berbasis di Shanghai Wu Shuocheng menganggap bahwa kebijakan tersebut sangat tepat bagi Tesla karena produknya telah mendapatkan pengakuan yang positif dari pelanggannya di China seperti dikutip Global Times.
Berbeda dengan pengamat otomotif independen yang berbasis di Beijing Su Hui yang berpendapat bahwa tidak seharusnya Tesla mengambil langkah sejauh itu.
"Untuk membangun jaringan bisnis daring dan luring memang bagian dari strategi, namun Tesla seharusnya bisa memahami bahwa kendaraan merupakan aset terbesar kedua bagi keluarga di China. Bagi beberapa konsumen, butuh pengalaman nyata sebelum membuat keputusan membeli atau tidak," ujarnya.
"Sangat perlu menjajal kendaraan secara fisik di diler sebelum memutuskan," kata seorang profesional bermarga Li menambahkan.
Meskipun Tesla dianggap dominan di industri kendaraan energi terbarukan (NEV) di China, langkah penutupan tersebut tidak akan diikuti oleh pesaing lokalnya.
Beberapa NEV lokal yang berkembang pesat akan terus memperluas outlet mereka di daratan Tiongkok itu.
Pendiri sekaligus CEO WM Motor Shen Hui menyatakan tidak akan mengikuti langkah Tesla. Sebagai perusahaan rintisan, WM masih akan memperluas jaringan dilernya.
Demikian halnya dengan Xiaopeng Motors yang berencana akan membuka 70 diler baru di 30 kota di China. Langkah serupa juga akan dilakukan oleh Nio yang dijuluki "Teslanya China".
"Berbagai tahap pengembangan sangat menentukan strategi pengembangan yang berbeda pula. Dibandingkan dengan Tesla, keberadaan diler lokal masih sangat lemah," kata Wu menambahkan.