Ini merupakan kemenangan pertama pebalap asal Italia itu di kelas MotoGP setelah 8 tahun membalap di kelas premier itu.
Perjalanan karir Petrucci terbilang cukup unik mulai dengan menjadi seorang polisi dan juara balapan Superstock 600 Eropa pada 2009 hingga 10 tahun kemudian menjadi juara Grand Prix di tanah kelahirannya.
Pada 2008, Petrucci menjajal mesin Superstock 600 di tingkat kompetisi Eropa. Dia meraih dua pole position dalam musim itu dan mengantongi kemenangan pertamanya di tahun berikutnya untuk finis peringkat keempat secara umum.
Kemudian pada 2010, dia menaikkan level kompetisi di kejuaraan Piala FIM Superstock 1000 Eropa, dengan menggunakan mesin Kawasaki pada awalnya. Bersama tim Pedercini Racing, Petrucci finis kesembilan di klasemen umum.
What an emotional victory! ???? @petrux9 is your #ItalianGP ???????? winner ????#MotoGP pic.twitter.com/bArRgCry1T
— MotoGP™ ???????? (@MotoGP) June 2, 2019
Baca juga:Hasil GP Italia, Ducati lengkapi "hattrick" di Mugello
Kemitraan pertamanya dengan Ducati datang ketika membela tim BARNI Racing yang mana mampu membaanya finis kedua di musim berikutnya.
Petrucci mengawali karir MotoGP bersama Ioda Racing Project pada 2012 dan mengemas poin di delapan balapan. Di tahun keduanya, Petrucci lebih banyak mengemas poin lagi tapi masih mendapati dirinya di papan bawah.
Pada 2014, musim balapan Petrucci memburuk dengan hanya mengemas dua poin dari tujuh seri awal yang menyebabkan kritik bermunculan ditujukan kepadanya. Semakin suram ketika di akhir musim dia hanya mendapat 17 poin dan berada di peringkat 20.
"Setelah tiga balapan aku merasa ingin menyudahi karirku. Aku tak merasa nyaman dengan motorku," kata Petrucci seperti dikutip laman resmi MotoGP.
Titik balik bagi Petrucci datang ketika Pramac Racing menawarinya kesempatan. Petrucci pun membayarnya dengan 11 kali hasil finis 10 besar dan podium runner-up di balapan GP Inggris di Sirkuit Silverstone yang kala itu diguyur hujan lebat.
Namun, pada 2016 Petrucci menderita cedera ketika sesi tes yang menghambat kemajuannya di musim itu. Dia menyelesaikan musim itu di peringkat 14 setelah tahun sebelumnya di peringkat 10.
Petrucci kembali pada 2017 dengan lebih siap dengan empat podium dan sejumlah peluang juara. Pebalap berjuluk Petrux itu meraup 124 poin dan menempati peringkat delapan musim itu, satu posisi di bawah pebalap pabrikan Ducati Jorge Lorenzo.
Di tahun berikutnya, Petrucci tampil lebih baik. Walaupun mengemas lebih sedikit podium tapi dia hanya gagal finis di dua balapan di bandingkan lima balapan di musim sebelumnya.
Satu podium di Le Mans dan penampilan yang konsisten tahun itu membuatnya pantas menempati kursi kosong yang ditinggalkan Jorge Lorenzo di tim pabrikan Ducati tahun ini walaupun hanya dalam kontrak satu tahun.
"Di awal musim ini aku mulai berpikir mungkin aku tak akan pernah menang tapi kemudian aku beradaptasi dengan strategi ini untuk melakukan yang terbaik di luar maupun di atas trek tanpa memikirkan apa pun," ungkap Petrucci.
"Aku tak punya kontrak lagi tahun depan, jadi aku mulai berpikir untuk melakukan hal lain di kehidupanku."
Petrucci membuktikan bahwa dirinya sendiri salah. Pebalap berusia 28 tahun itu kini mendongkrak dirinya ke peringkat empat klasemen sementara yang saat ini adalah pencapain terbaik di karirnya.
Menjadi juara Grand Prix untuk pertama kalinya, Petrucci masih memiliki jalan panjang musim ini untuk membuat kejutan lain di seri MotoGP selanjutnya.
Baca juga:Serangan ganda Ducati repotkan Marquez di Mugello