Sektor perikanan Lamandau jalan di tempat lantaran terkendala ini

id Sektor perikanan Lamandau jalan di tempatlantaran terkendala ini,Perikanan,Lamandau,Budidaya,Dinas perikanan

Sektor perikanan Lamandau jalan di tempat lantaran terkendala ini

Kepala Bidang Perikanan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Lamandau, Atang Yudah saat di salah satu keramba budidaya ikan di Sungai Lamandau, Nanga Bulik, Jumat (13/6/2019) lalu. (Foto Antara Kalteng/Koko Sulistyo)

Nanga Bulik (ANTARA) - Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah kaya dengan sumber daya air, namun pengembangan ekonomi di sektor perikanan, terutama keramba apung di kabupaten ini jalan di tempat.

"Dua tahun ini belum ada program yang benar-benar mampu mendorong sektor perikanan. Saat ini yang masih berjalan terbatas pada kelompok yang sudah kita bina saja, itupun jumlahnya tidak seberapa," kata Kepala Bidang Perikanan, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Lamandau, Atang Yudah di Nanga Bulik, Senin.

Menurutnya, sejauh ini hanya tiga kelompok binaan Dinas Pertanian dan Perikanan yang masih produktif, sementara sisanya sudah tidak aktif lagi. Jenis ikan yang dibudidayakan oleh kelompok yang tersisa ini adalah ikan lele, nila, patin dan ikan mas.

Ada beberapa kendala yang dihadapi para pembudidaya ikan dalam mengembangkan usahanya, diantaranya adalah faktor mahalnya harga pakan dan terbatasnya pengadaan bibit ikan.

Ia mengakui bahwa budidaya ikan ini adalah jenis usaha yang padat modal, lantaran selain faktor kualitas air, pakan merupakan penentu suksesnya hasil budidaya.

Jika pakan tidak terpenuhi sesuai anjuran teknis, maka hasil panen akan berkurang, bahkan tidak menutup kemungkinan pembudidaya mengalami tekor.

Harga pakan dalam satu sak pakan harganya mencapai Rp325 ribu jenis pakan yang berprotein tinggi. Dalam setiap 1000 benih yang ditebar hingga masa panen empat bulan ke depan, membutuhkan pakan antara delapan sampai 12 sak.

"Upaya yang kita lakukan sementara ini dengan memberikan bantuan bibit dan pakan sebagai modal awal, tetapi kebanyakan pembudidaya setelah panen tidak melanjutkan usahanya," ungkapnya.

Selain terkendala harga pakan yang mahal, hingga saat ini Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten setempat juga tidak memiliki tenaga penyuluh lapangan, tenaga penyuluh masih diusulkan oleh dinas terkait.

Akibat rendahnya produktivitas usaha perikanan lokal, untuk mencukupi kebutuhan konsumsi ikan segar, Kabupaten Lamandau masih tergantung pasokan dari Kabupaten Kotawaringin Barat dan Sukamara.

"Kami harapkan kedepannya ada kelompok yang bisa serius untuk berkecimpung di bidang perikanan, untuk mendukung hal itu pihaknya siap membina secara teknis dan memberikan anjuran budidaya dengan sistem bapak angkat antar kelompok yang sudah bermodal," demikian Atang.