Palangka Raya (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Palangkaraya bersama Borneo Nature Fondation melalui acara "research symposiun and training workshop" berupaya mengintegrasikan penelitian ekologis dan etnografis sebagai upaya mengembangkan konservasi efektif di bentang alam Sungai Rungan yang meliputi wilayah Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Gunung Mas.
Sekda Provinsi Kalimantan Tengah Fakhrizal Fitri yang membuka acara itu di Palangka Raya, Selasa mengatakan dalam rangka konservasi, pemanfaatan dan menjaga alam harus dilakukan semua pihak baik lintas sektor maupun lintas disiplin ilmu.
"Hal itu karena pemanfaatan hutan berdampak dan terkait dengan lingkungan alam, ekonomi, sosial dan pola hidup masyarakat di sekitar hutan. Untuk itu kolaborasi ini penting dilakukan untuk memastikan pemanfaatan hutan tetap dilakukan tanpa mengabaikan kelestariannya," katanya.
Ia juga berharap para peneliti terus melakukan penelitian ekologis dan antropologis jangka panjang dalam mendukung konservasi satwa liat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di bentang alam Rungan yang terancam bahaya lingkungan.
Direktur Pelaksana Borneo Nature Fondation (BNF) Bernat Ripoll mengatakan tantangan terbesar dalam melakukan penelitian konservasi di wilayah Sungai Rungan ialah mengembangkan metode ramah biaya. Selain itu, kebijakan konservasi yang efektif membutuhkan pemahaman lebih mendalam terkait bagaimana dan mengapa keputusan-keputusan dibuat para pemangku kepentingan.
"Untuk itu melalui kegiatan ini dapat memperkuat, memperluas dan menyebarluaskan temuan program yang dilakukan. Selain itu juga untuk memperkuat hubungan multiteral antara para ilmuan praktisi dan masyarakat dalam merancang konservasi kolaboratif di bentang alam Rungan," katanya.
Program tersebut merupakan inisiatif untuk melindungi bentang alam Rungan yang terinspirasi dari survei keanekaragaman hayati yang dilakukan oleh BNF dan UM Palangkaraya.
Lokakarya tersebut selain antara UMP dan BNF juga turut melibatkan sejumlah ilmuan alam dan sosial, praktisi konservasi dan kelompok masyarakat daru University of Exeter, Rutgers University dan Brunel University serta masyarakat Mungku Baru.
Sementara itu, Dosen Fakultas Kehutanan UMP yang juga Direktur Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Mungku Baru Siti Maimunah yang juga menjadi pemateri berharap acara itu dapat membentuk jaringan konservasi antar praktisi dan ilmuan di Indonesia.
Selain itu diseminasi publik tentang konferensi dapat meningkatkan kemungkinan kemitraan internasional dan dapat mengembangkan kapasitas dalam metode penelitian dan konservasi.