BNI terima setor tunai Rp344,5 juta dari tersangka penerima suap Kepala Kantor Imigrasi
Mataram (ANTARA) - Bank BNI Cabang NTB menerima setoran tunai sebesar Rp344,5 juta dari Kepala Kantor Imigrasi Mataram Kurniadie yang telah ditetapkan sebagai tersangka penerima suap Rp1,2 miliar untuk kasus penyalahguna izin tinggal dua WNA yang bekerja di Wyndham Sundancer Lombok Resort.
Munculnya setoran tunai itu terungkap dari kesaksian Citra Amalia, staf Pemasaran PT Bank BNI Cabang NTB dalam sidang ketiga Liliana Hidayat yang digelar pada Pengadilan Negeri Tipikor Mataram, Rabu.
"Hari itu Jumat, saya dihubungi kepala imigrasi, Kurniadie. Dia minta saya untuk datang ke kantornya ambil uang," kata Amalia menjawab pertanyaan anggota Majelis Hakim Fathurrauzi.
Karena alasan tergesa-gesa akan berangkat ke Jakarta, akhirnya perempuan pegawai bank BUMN itu datang ke Kantor Imigrasi Mataram dan langsung bertemu dengan Kurniadie.
"Jadi di situ Kurniadie setor tunai, jumlahnya Rp344,5 juta," ujarnya.
Kurniadie, jelasnya, merupakan salah satu nasabah prioritas Bank BNI Cabang NTB. Syarat untuk masuk sebagai nasabah prioritas pun menjadi bahan pertanyaan Majelis Hakim.
"Jadi syarat sebagai nasabah prioritas itu, minimal harus ada tabungan Rp500 juta," ucap Amalia.
Terakhir, setelah rekening pribadinya diblokir sebagai barang bukti di KPK, saldo Kurniadie dikatakan berjumlah Rp700 juta. "Kalau tidak salah, sekitar Rp700 juta," kata Amalia.
Selama menjadi nasabah prioritas, Kurniadie dikatakan sering melakukan transaksi keuangan, setoran maupun penarikan. Namun transaksinya kerap dilakukan via ATM. "Biasanya dia hanya transaksi Rp10 juta, itu lewat ATM setoran tunai," ujarnya.
Kasus Kurniadie dalam perannya sebagai penerima suap Rp1,2 miliar, kini masih dalam proses penyidikan KPK. Kurniadie ditetapkan sebagai tersangka bersama bawahannya, Yusriansyah Fazrin, yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Seksi Inteldakim Mataram.
Munculnya setoran tunai itu terungkap dari kesaksian Citra Amalia, staf Pemasaran PT Bank BNI Cabang NTB dalam sidang ketiga Liliana Hidayat yang digelar pada Pengadilan Negeri Tipikor Mataram, Rabu.
"Hari itu Jumat, saya dihubungi kepala imigrasi, Kurniadie. Dia minta saya untuk datang ke kantornya ambil uang," kata Amalia menjawab pertanyaan anggota Majelis Hakim Fathurrauzi.
Karena alasan tergesa-gesa akan berangkat ke Jakarta, akhirnya perempuan pegawai bank BUMN itu datang ke Kantor Imigrasi Mataram dan langsung bertemu dengan Kurniadie.
"Jadi di situ Kurniadie setor tunai, jumlahnya Rp344,5 juta," ujarnya.
Kurniadie, jelasnya, merupakan salah satu nasabah prioritas Bank BNI Cabang NTB. Syarat untuk masuk sebagai nasabah prioritas pun menjadi bahan pertanyaan Majelis Hakim.
"Jadi syarat sebagai nasabah prioritas itu, minimal harus ada tabungan Rp500 juta," ucap Amalia.
Terakhir, setelah rekening pribadinya diblokir sebagai barang bukti di KPK, saldo Kurniadie dikatakan berjumlah Rp700 juta. "Kalau tidak salah, sekitar Rp700 juta," kata Amalia.
Selama menjadi nasabah prioritas, Kurniadie dikatakan sering melakukan transaksi keuangan, setoran maupun penarikan. Namun transaksinya kerap dilakukan via ATM. "Biasanya dia hanya transaksi Rp10 juta, itu lewat ATM setoran tunai," ujarnya.
Kasus Kurniadie dalam perannya sebagai penerima suap Rp1,2 miliar, kini masih dalam proses penyidikan KPK. Kurniadie ditetapkan sebagai tersangka bersama bawahannya, Yusriansyah Fazrin, yang ketika itu menjabat sebagai Kepala Seksi Inteldakim Mataram.