Buntok (ANTARA) - Adanya kabut asap kiriman yang menyelimuti Kota Buntok, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah meski belum pekat, namun nyatanya berdampak negatif terhadap kualitas udara hingga mengalami penurunan.
Kepala Dinas Kesehatan Barsel Djulita K Palar di Buntok, Selasa mengakui, adanya penurunan kualitas udara. Bahkan, berdasarkan data yang ia terima, kasus infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) meningkat dalam tiga bulan terakhir, dengan total penderita sebanyak 5.614 orang.
"Pada Juni 2019 jumlah penderita ISPA sekitar 1.185, kemudian Juli berjumlah 1.700 penderita dan Agustus sekitar 2.729 penderita. Terjadi peningkatan dalam tiga bulan terakhir," katanya.
Untuk mencegah maupun menanggulangi berbagai penyakit yang bisa ditimbulkan akibat kabut asap, pihaknya rutin membagikan masker kepada masyarakat dan ke sekolah.
Selain itu pihaknya juga selalu memberikan imbauan kepada masyarakat dan peserta didik, agar saat beraktivitas di luar ruangan menggunakan masker. Kalau perlu tidak beraktivitas di luar ruangan apabila tidak mendesak.
"Selain itu perbanyak konsumsi air putih karena kabut asap rentan dengan penyakit ISPA," ungkapnya.
Ia menambahkan, kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran lahan sangat berbahaya bagi kesehatan dan selain menyebabkan ISPA, juga bisa menimbulkan iritasi pada bagian mata, serta gangguan kesehatan lainnya.
Sementara itu Kepala Disdik Barsel Su’aib mengatakan, dengan adanya kabut asap pihaknya masih belum menentukan apakah jam belajar sekolah dikurangi atau bahkan diliburkan.
"Karena kami menunggu informasi dari Dinkes Barsel, apakah kualitas udara sudah sampai kategori berbahaya atau belum. Jika sudah berbahaya maka ada kemungkinan untuk diliburkan atau dipangkas jam belajarnya," ucap dia.