Jakarta (ANTARA) - Pendiri Go-Jek Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa setidaknya ada tiga alasan yang menjadi latar belakang penunjukannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
"Alasan kenapa saya terpilih walaupun saya bukan dari sektor pendidikan adalah pertama saya lebih mengerti, belum tentu mengerti, tapi lebih mengerti apa yang akan ada di masa depan kita," katanya setelah acara pelantikan menteri di Istana Negara Jakarta, Rabu.
Nadiem, yang dikenal sebagai pembangun perusahaan teknologi, dinilai mampu mengantisipasi tantangan masa depan, termasuk yang berkenaan dengan kebutuhan lingkungan pekerjaan pada masa mendatang.
Baca juga: Nama-nama Kabinet Indonesia Maju yang telah diumumkan Presiden
"Sekali lagi ini adalah visi Bapak Presiden bukan visi saya, link and match itu adalah saya akan mencoba menyambung apa yang dilakukan di institusi pendidikan, menyambung apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan, agar bisa adaptasi dengan segala perubahan itu," kata pria yang lahir di Singapura pada 4 Juli 1984 itu.
Alasan berikutnya berhubungan dengan pentingnya peran teknologi dalam mendukung pengembangan 300.000 sekolah dan 50 juta murid di Indonesia.
Baca juga: Prabowo jadi Menteri Pertahanan untuk kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin
"Mau enggak mau peran teknologi akan sangat besar dalam semuanya, kualitas, efisiensi, dan administrasi sistem pendidikan sebesar ini ya, jangan lupa ini empat terbesar di dunia sistem pendidikan ini, jadi peran teknologi sangat penting," katanya.
Alasan yang ketiga, menurut dia, lantaran Presiden memerlukan sosok yang inovatif yang bisa mendobrak, yang tidak melakukan segala sesuai sebagaimana biasa.
"Mohon dukungan para milenial karena saya mewakili satu-satunya milenial di kabinet, jadi mohon dukungan teman-teman milenial," kata alumnus Harvard Business School itu.
Baca juga: Mundur dari Gojek, Nadiem jadi menteri dalam Kabinet Indonesia Maju
Baca juga: Belasan menteri yang tetap menjabat di posisi yang sama
Baca juga: Posisi Nadiem sebagai Mendikbud dinilai sesuai dengan tantangan revolusi industri 4.0