Santri di Kalteng tak boleh jadi korban teknologi

id Lakpesdam nu kalteng, nu, nahdlatul ulama, kalteng, kalimantan tengah, palangka raya, era globalisasi, medern, santri, pesantren, agama, islam, remaja

Santri di Kalteng tak boleh jadi korban teknologi

Sarasehan yang digelar Lakpesdam NU Kalteng bersama pihak terkait lainnya di Palangka Raya, Sabtu, (26/10/2019). (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)

Palangka Raya (ANTARA) - Ketua PW Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Kalimantan Tengah M Roziqin mengatakan, pihaknya terus berupaya melakukan penguatan sumber daya manusia (SDM) khususnya para santri, agar mampu mengikuti perkembangan zaman.

"Kami mengajak santri untuk iqra' atau membaca globalisasi dan digitalisasi. Santri tidak boleh ketinggalan dan harus tanggap," katanya di Palangka Raya, Minggu.

Menurutnya para santri harus mampu mengikuti, serta memahami setiap perkembangan yang terjadi dan tidak boleh menjadi korban teknologi. Jadi konteksnya adalah merespon zaman.

Sebagai salah satu upaya mewujudkannya, sekaligus rangkaian peringatan Hari Santri Nasional tahun 2019, pihaknya telah menggelar sarasehan di Pondok Pesantren Darul Amin Palangka Raya.

Kegiatan itu hasil kerjasama PW Lakpesdam NU Kalteng bersama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kalteng, serta Pondok Pesantren Darul Amin Palangka Raya.

"Santri Nusantara sebagai penjaga kerukunan antar umat, perekat NKRI dan pengemban Islam Wasathiyah, menjadi tema utama kegiatan yang melibatkan siswa SMP/MTs dan SMA waktu itu," jelasnya.

Santri modern, kreatif dan komunikatif, jembatan membangun persatuan dan kesatuan di tanah berkah Kalteng menjadi topik yang dibahas dirinya sebagai pemateri bersama dua orang lainnya.

Dosen KPI Fakultas UAD IAIN Palangka Raya Favi Aditya Ikhsan yang bertindak sebagai salah seorang pemateri lainnya, banyak berbicara tentang sejarah santri mulai dari era penjajahan, hingga perannya bersama kyai dalam perjuangan menuju kemerdekaan RI.

"Santri harus paham bagaimana menghormati jasa pahlawan, utamanya kepada kyai yang sangat jelas dan penting perannya dalam kemerdekaan, serta penggelora jihad dulu yang tak lain berasal dari kalangan pesantren," ungkapnya.

Kalau tidak didamaikan para kyai dengan mendialogkan bentuk negara kesepakatan ini, mungkin akan sulit bagi siapa pun beribadah senyaman sekarang, mencari ilmu dan beraktivitas lainnya dengan aman. Bisa dibandingkan dengan negara lainnya yang bergejolak.

Sementara itu Dandim 1016/Palangka Raya Letnan Kolonel I Gede Putra Yasa diwakili Lettu Inf Hari Utomo, mempresentasikan tentang sikap bela negara yang harus ditanamkan ke remaja atau pemuda masa kini.

"Tujuannya untuk mengisi kemerdekaan, menguatkan kebhinekaan dan keragaman, menangkal informasi tidak benar atau hoaks yang berpotensi memecah persatuan dan kesatuan anak bangsa," terangnya.

Perkembangan zaman sedemikian pesat dan cepatnya terutama dalam disrupsi informasi. Salah satu kelebihan pesantren, yakni tak hanya mendidik SDM dengan ilmu tetapi penekanan lebih kepada kepribadian atau akhlak, sehingga memiliki modal kemampuan society 5.0.

Tetapi hal itu tidak cukup, pengetahuan agama dan adab beragama, harus dilengkapi pengetahuan lain ditengah masuknya aliran-aliran transnasional Islam. Di era sekarang, mereka juga harus digenjot lagi, agar tak kalah dengan modernitas yaitu era revolusi industri 4.0.