Gerhana matahari cincin di Sampit tertutup awan
Sampit (ANTARA) - Keinginan masyarakat Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah menyaksikan fenomena alam berupa gerhana matahari cincin maupun sebagian pada Kamis siang tidak terwujud sempurna karena sebagian langit kota ini tertutup awan.
"Dari pengamatan kami, sebagian wilayah Sampit tadi tertutup awan, jadi tidak terpantau.Tadi yang terpantau hanya fenomena Halo matahari," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Haji Asan Sampit Nur Setiawan di Sampit, Kamis.
Kotawaringin Timur memang tidak termasuk dalam 25 kabupaten/kota di 7 provinsi yang dilintasi gerhana matahari cincin, melainkan hanya gerhana matahari sebagian. Namun masyarakat di kabupaten ini berharap setidaknya bisa melihat tanda-tanda atau dampak fenomena alam yang terjadi akibat posisi bulan menutupi namun bulan tidak cukup besar untuk menutupi seluruh matahari, sehingga matahari tampak sebagai "cincin" cahaya di sekeliling bulan.
Langit Sampit yang berawan pada Kamis siang, membuat gerhana matahari cincin yang terjadi mulai pukul 12.15 WIB itu tidak terlihat. BMKG mencatat, yang terlihat hanya fenomena Halo atau optis berupa lingkaran cahaya di sekitar matahari.
Meski gerhana matahari cincin tidak terlihat di Sampit, umat Islam di kota ini menggelar shalat Kusuf yaitu shalat yang disunnahkan dilaksanakan saat terjadi gerhana matahari.
Masyarakat beramai-ramai mengikuti shalat Kusuf yang dilaksanakan di beberapa tempat. Shalat sunat dua rakaat dengan empat kali rukuk itu dilaksanakan saat gerhana matahari terjadi.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kotawaringin Timur H Samsudin mengatakan, shalat gerhana sangat dianjurkan, seperti yang pernah dilakukan Rasulullah saat terjadi gerhana matahari maupun bulan.
"Ketika terjadi gerhana matahari, kita disunnahkan melaksanakan shalat sunat Kusuf, sedangkan saat terjadi gerhana bulan maka kita disunnahkan melaksanakan shalat sunat Khusuf," kata Samsudin.
Samsudin menjelaskan, fenomena alam berupa gerhana matahari maupun bulan, memberikan banyak pelajaran yang harus dimaknai oleh manusia. Fenomena alam ini menunjukkan kebesaran Allah sebagai Pencipta alam semesta.
Fenomena alam ini juga menjadi pengingat agar manusia memperbaiki diri serta meningkatkan iman dan takwa. Melalui fenomena alam ini, kata Samsudin, Allah menunjukkan Kuasa-Nya untuk mengatur alam ini, termasuk matahari dan bulan, begitu pula sesuai janji-Nya tentang tanda-tanda jika nanti akan terjadi kiamat.
"Makanya mari kita memperbanyak istighfar dan zikir kepada Allah memohon ampunan. Mudah-mudahan kita bisa terus memperbaiki diri dan menyadari begitu besar kekuasaan Allah," demikian Samsudin.
"Dari pengamatan kami, sebagian wilayah Sampit tadi tertutup awan, jadi tidak terpantau.Tadi yang terpantau hanya fenomena Halo matahari," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Haji Asan Sampit Nur Setiawan di Sampit, Kamis.
Kotawaringin Timur memang tidak termasuk dalam 25 kabupaten/kota di 7 provinsi yang dilintasi gerhana matahari cincin, melainkan hanya gerhana matahari sebagian. Namun masyarakat di kabupaten ini berharap setidaknya bisa melihat tanda-tanda atau dampak fenomena alam yang terjadi akibat posisi bulan menutupi namun bulan tidak cukup besar untuk menutupi seluruh matahari, sehingga matahari tampak sebagai "cincin" cahaya di sekeliling bulan.
Langit Sampit yang berawan pada Kamis siang, membuat gerhana matahari cincin yang terjadi mulai pukul 12.15 WIB itu tidak terlihat. BMKG mencatat, yang terlihat hanya fenomena Halo atau optis berupa lingkaran cahaya di sekitar matahari.
Meski gerhana matahari cincin tidak terlihat di Sampit, umat Islam di kota ini menggelar shalat Kusuf yaitu shalat yang disunnahkan dilaksanakan saat terjadi gerhana matahari.
Masyarakat beramai-ramai mengikuti shalat Kusuf yang dilaksanakan di beberapa tempat. Shalat sunat dua rakaat dengan empat kali rukuk itu dilaksanakan saat gerhana matahari terjadi.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kotawaringin Timur H Samsudin mengatakan, shalat gerhana sangat dianjurkan, seperti yang pernah dilakukan Rasulullah saat terjadi gerhana matahari maupun bulan.
"Ketika terjadi gerhana matahari, kita disunnahkan melaksanakan shalat sunat Kusuf, sedangkan saat terjadi gerhana bulan maka kita disunnahkan melaksanakan shalat sunat Khusuf," kata Samsudin.
Samsudin menjelaskan, fenomena alam berupa gerhana matahari maupun bulan, memberikan banyak pelajaran yang harus dimaknai oleh manusia. Fenomena alam ini menunjukkan kebesaran Allah sebagai Pencipta alam semesta.
Fenomena alam ini juga menjadi pengingat agar manusia memperbaiki diri serta meningkatkan iman dan takwa. Melalui fenomena alam ini, kata Samsudin, Allah menunjukkan Kuasa-Nya untuk mengatur alam ini, termasuk matahari dan bulan, begitu pula sesuai janji-Nya tentang tanda-tanda jika nanti akan terjadi kiamat.
"Makanya mari kita memperbanyak istighfar dan zikir kepada Allah memohon ampunan. Mudah-mudahan kita bisa terus memperbaiki diri dan menyadari begitu besar kekuasaan Allah," demikian Samsudin.