Pabrik obat HIV mulai berproduksi di daerah ini
Semarang (ANTARA) - PT Sampharindo Retroviral Indonesia, pabrik produsen obat HIV yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah, mulai berproduksi.
Operasional pabrik obat HIV tersebut ditandai dengan peresmian yang dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Kepala Balai Pengawasan Obat Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito di Semarang, Kamis.
Direktur Utama PT Sampharindo Retroviral Indonesia M.Syamsul Arifin mengatakan pada tahap awal pengoperasian pabrik ini, terdapat dua jenis obat yang diproduksi, yakni Telado dan Telavir.
"Ada lima jenis obat yang kami ajukan ke BPOM, hari ini sudah keluar dua," katanya.
Baca juga: 63 warga Palangka Raya dinyatakan positif HIV/AIDS
Menurut dia, dari sekitar 600 ribu pengidap HIV di seluruh Indonesia, baru sekitar 17 persen yang ditangani dan menjalani pengobatan.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengobatan HIV/ Aids, lanjut dia, karena produk yang digunakan masih jarang dan harganya mahal.
Padahal, menurut dia, salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan HIV ini yakni dengan pengobatan rutin.
Keberadaan pabrik ini, kata dia, diharapkan bisa meningkatkan jumlah penderita yang diobati sehingga bisa mencegah pula penularan.
Dalam kesempatan itu, Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito juga menyerahkan secara langsung sertifikat izin edar untuk kedua jenis obat tersebut.
Baca juga: Penderita HIV/AIDS Palangka Raya didominasi usia produktif
Menurut Penny, keberadaan pabrik yang juga merupakan dari penanaman modal asing ini sekaligus sebagai bukti kemudahan berinvestasi di sektor farmasi yang dilakukan BPOM.
"Melalui percepatan perizinan, keberadaan pabrik ini sekarang sudah mulai dioperasikan," katanya.
Melalui dua produk PT Sampharindo Retroviral ini, ia mengharapkan pengidap HIV bisa memperoleh obat dengan lebih mudah.
Baca juga: Rumah sakit ini dikunjungi 70-120 kunjungan pasien HIV/AIDS perhari
Baca juga: 16 orang mengidap HIV hingga tiga orang meninggal di Pasman Barat
Baca juga: Orang-orang di China incar obat HIV karena putus asa hadapi virus corona
Operasional pabrik obat HIV tersebut ditandai dengan peresmian yang dihadiri Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Kepala Balai Pengawasan Obat Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito di Semarang, Kamis.
Direktur Utama PT Sampharindo Retroviral Indonesia M.Syamsul Arifin mengatakan pada tahap awal pengoperasian pabrik ini, terdapat dua jenis obat yang diproduksi, yakni Telado dan Telavir.
"Ada lima jenis obat yang kami ajukan ke BPOM, hari ini sudah keluar dua," katanya.
Baca juga: 63 warga Palangka Raya dinyatakan positif HIV/AIDS
Menurut dia, dari sekitar 600 ribu pengidap HIV di seluruh Indonesia, baru sekitar 17 persen yang ditangani dan menjalani pengobatan.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengobatan HIV/ Aids, lanjut dia, karena produk yang digunakan masih jarang dan harganya mahal.
Padahal, menurut dia, salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan HIV ini yakni dengan pengobatan rutin.
Keberadaan pabrik ini, kata dia, diharapkan bisa meningkatkan jumlah penderita yang diobati sehingga bisa mencegah pula penularan.
Dalam kesempatan itu, Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito juga menyerahkan secara langsung sertifikat izin edar untuk kedua jenis obat tersebut.
Baca juga: Penderita HIV/AIDS Palangka Raya didominasi usia produktif
Menurut Penny, keberadaan pabrik yang juga merupakan dari penanaman modal asing ini sekaligus sebagai bukti kemudahan berinvestasi di sektor farmasi yang dilakukan BPOM.
"Melalui percepatan perizinan, keberadaan pabrik ini sekarang sudah mulai dioperasikan," katanya.
Melalui dua produk PT Sampharindo Retroviral ini, ia mengharapkan pengidap HIV bisa memperoleh obat dengan lebih mudah.
Baca juga: Rumah sakit ini dikunjungi 70-120 kunjungan pasien HIV/AIDS perhari
Baca juga: 16 orang mengidap HIV hingga tiga orang meninggal di Pasman Barat
Baca juga: Orang-orang di China incar obat HIV karena putus asa hadapi virus corona