Respon positif masyarakat terhadap manfaat JKN meski iuran kembali disesuaikan
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah masyarakat peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat tetap merespon positif program tersebut karena manfaat yang diberikan walaupun besaran iuran kembali disesuaikan melalui Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020.
Yuliastutik wanita berusia 28 tahun ini mengutarakan dukungannya perihal kebijakan pemerintah dalam melakukan penyesuaian iuran kembali yang dinilainya sangat lumrah lantaran biaya pengobatan yang menurutnya terus mengalami kenaikan harga akibat inflasi.
Dia mengakui bahwa ia melihat kepedulian pemerintah yang terus memberikan subsidi kepada peserta kelas III untuk segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP).
“Jadi kan memang ada orang yang ekonomi menengah ke atas maupun ke bawah. Kalau yang menengah ke atas ini mungkin tidak jadi masalah ya, tapi saya memaklumi untuk orang-orang yang selain mereka dengan naiknya iuran nanti. Tapi kan sehat ini mahal, jadi kalau berobat tanpa BPJS ini rasanya berat apalagi kalau sudah sakit sampai operasi," katanya.
Dikatakannya baginya yang penting BPJS ini terus ada karena kalau tidak kuat membayar bisa turun kelas dan di kelas III.
"Saya tahu ini ada bantuannya dari pemerintah,” ujarnya saat sedang mengurus kepesertaan di Kantor Layanan Operasional Kabupaten Probolinggo.
Tutik, sapaan akrab Yuliastutik, mengaku sudah lama menjadi peserta JKN-KIS. Meskipun belum pernah merasakan manfaatnya secara langsung dengan menggunakannya saat sakit, namun ia tahu persis bagaimana sang kakek terbantu dengan adanya Program JKN-KIS.
Kakek Tutik pernah mengidap kanker prostat yang mengharuskannya dirawat di RSUD dr. Moh Saleh Kota Probolinggo selama sepekan. Selain itu, orang tua Tutik juga pernah merasakan manfaat yang sama saat menjalani perawatan akibat penyakit lambung.
“Kalau merasakan alhamdulillah tidak pernah ya, saya bersyukur dikasih sehat terus sama Allah. Tapi dulu kakek pernah sampai ke rumah sakit karena sakit kanker prostat. Terus orang tua saya juga pakai BPJS waktu pengobatan sakit lambungnya," katanya.
Ia merasakan manfaatnya karena kalau tidak ada BPJS pasti bingung keluarga saya. Jadi yang penting iurannya dibayar terus biar (kepesertaan) aktif terus karena kalau menunggak kita sendiri yang susah pas sakit tiba-tiba,” tuturnya
Sementara itu, hal senada juga diungkapkan oleh Barito (64), salah seorang peserta JKN-KIS yang juga masih berjuang melawan diabetesnya. ditemui usai mengurus kepesertaan di Kantor Layanan Operasional Kabupaten Pasuruan, dirinya sempat terkejut dengan kebijakan yang kembali dikeluarkan oleh pemerintah.
Namun, saat banyak melihat pemberitaan di media televisi, ia memilih berdamai dengan keadaan, sembari bersyukur lantaran pengobatannya masih lancar dengan menggunakan BPJS Kesehatan.
“Kaget soalnya baru turun kok sudah naik lagi. Tapi pas tahu kalau ada subsidinya saya lega. Kalau memang untuk kebaikan dan pelayanannya juga ditingkatkan saya mendukung. Kalau saya yang penting itu dulu. Masalah kelas memang saya ambil yang kelas III karena terjangku dan yang penting saya bisa berobat terus pakai BPJS. Jadi, kalau untuk kebaikan bersama saya menerima, yang penting BPJS ini ada karena orang-orang memang membutuhkan,” pungkas bapak yang berprofesi sebagai kusir ini.
Yuliastutik wanita berusia 28 tahun ini mengutarakan dukungannya perihal kebijakan pemerintah dalam melakukan penyesuaian iuran kembali yang dinilainya sangat lumrah lantaran biaya pengobatan yang menurutnya terus mengalami kenaikan harga akibat inflasi.
Dia mengakui bahwa ia melihat kepedulian pemerintah yang terus memberikan subsidi kepada peserta kelas III untuk segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP).
“Jadi kan memang ada orang yang ekonomi menengah ke atas maupun ke bawah. Kalau yang menengah ke atas ini mungkin tidak jadi masalah ya, tapi saya memaklumi untuk orang-orang yang selain mereka dengan naiknya iuran nanti. Tapi kan sehat ini mahal, jadi kalau berobat tanpa BPJS ini rasanya berat apalagi kalau sudah sakit sampai operasi," katanya.
Dikatakannya baginya yang penting BPJS ini terus ada karena kalau tidak kuat membayar bisa turun kelas dan di kelas III.
"Saya tahu ini ada bantuannya dari pemerintah,” ujarnya saat sedang mengurus kepesertaan di Kantor Layanan Operasional Kabupaten Probolinggo.
Tutik, sapaan akrab Yuliastutik, mengaku sudah lama menjadi peserta JKN-KIS. Meskipun belum pernah merasakan manfaatnya secara langsung dengan menggunakannya saat sakit, namun ia tahu persis bagaimana sang kakek terbantu dengan adanya Program JKN-KIS.
Kakek Tutik pernah mengidap kanker prostat yang mengharuskannya dirawat di RSUD dr. Moh Saleh Kota Probolinggo selama sepekan. Selain itu, orang tua Tutik juga pernah merasakan manfaat yang sama saat menjalani perawatan akibat penyakit lambung.
“Kalau merasakan alhamdulillah tidak pernah ya, saya bersyukur dikasih sehat terus sama Allah. Tapi dulu kakek pernah sampai ke rumah sakit karena sakit kanker prostat. Terus orang tua saya juga pakai BPJS waktu pengobatan sakit lambungnya," katanya.
Ia merasakan manfaatnya karena kalau tidak ada BPJS pasti bingung keluarga saya. Jadi yang penting iurannya dibayar terus biar (kepesertaan) aktif terus karena kalau menunggak kita sendiri yang susah pas sakit tiba-tiba,” tuturnya
Sementara itu, hal senada juga diungkapkan oleh Barito (64), salah seorang peserta JKN-KIS yang juga masih berjuang melawan diabetesnya. ditemui usai mengurus kepesertaan di Kantor Layanan Operasional Kabupaten Pasuruan, dirinya sempat terkejut dengan kebijakan yang kembali dikeluarkan oleh pemerintah.
Namun, saat banyak melihat pemberitaan di media televisi, ia memilih berdamai dengan keadaan, sembari bersyukur lantaran pengobatannya masih lancar dengan menggunakan BPJS Kesehatan.
“Kaget soalnya baru turun kok sudah naik lagi. Tapi pas tahu kalau ada subsidinya saya lega. Kalau memang untuk kebaikan dan pelayanannya juga ditingkatkan saya mendukung. Kalau saya yang penting itu dulu. Masalah kelas memang saya ambil yang kelas III karena terjangku dan yang penting saya bisa berobat terus pakai BPJS. Jadi, kalau untuk kebaikan bersama saya menerima, yang penting BPJS ini ada karena orang-orang memang membutuhkan,” pungkas bapak yang berprofesi sebagai kusir ini.