Harga bawang di Sampit melambung

id Harga bawang di Sampit melambung, Sampit, Kotim, Kotawaringin Timur

Harga bawang di Sampit melambung

Harga bawang di pasar-pasar tradisional di Sampit masih cukup tinggi sehingga berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. ANTARA/Norjani

Sampit (ANTARA) - Harga bawang di pasar tradisional di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, melambung sehingga dikeluhkan pembeli.

"Karena diperlukan, jadi terpaksa tetap beli, tapi jumlahnya dikurangi dari biasanya. Kalau untuk usaha warung makan seperti kami, kenaikan ini cukup terasa karena kami membeli cukup banyak dibanding orang yang hanya untuk kebutuhan di rumah sendiri," kata Wati, warga Sampit, Minggu.

Dia mengeluhkan harga bawang masih tinggi, bahkan cenderung terus naik. Kenaikan sudah terjadi sejak bulan suci Ramadhan dan hingga usai Lebaran Idul Fitri ini harga bawang belum juga turun.

Seperti di Pasar Keramat, harga bawang merah dijual berkisar Rp70.000/kg, sedangkan bawang putih Rp35.000/kg. Harga ini jauh lebih tinggi dibanding kondisi normal yang biasanya hanya Rp24.000/kg bawang merah dan Rp20.000/kg bawang putih.

Kenaikan harga bawang juga terjadi di pasar lainnya meski dengan harga beragam seperti di Pusat Perbelanjaan Mentaya dan Pasar Subuh. Secara umum, harga bawang di pasar saat ini jauh lebih tinggi dibanding saat kondisi normal.

Fluktuasi harga sejumlah komoditas, termasuk bawang memang sudah sering terjadi. Hal ini imbas pasokan harus didatangkan dari luar daerah lantaran suplai dari petani lokal belum sepenuhnya mampu memenuhi permintaan.

Ketika pasokan terhambat dan berpengaruh terhadap stok, biasanya harga mulai naik. Harga akan berangsur turun ketika pasokan dan stok kembali normal dan mampu memenuhi permintaan.

Baca juga: Seorang anak di Kotim berhasil sembuh dari COVID-19

Terkait tingginya harga bawang saat ini, pedagang di Sampit umumnya tidak mengetahui persis penyebabnya. Mereka hanya mengetahui bahwa harga bawang di tingkat agen atau pedagang besar mengalami kenaikan sehingga pedagang eceran terpaksa menyesuaikan harga jual agar bisa tetap mendapatkan keuntungan.

"Bawangnya juga sedikit makanya harganya masih tinggi. Bawang yang saya jual ini didatangkan dari Surabaya oleh agen," kata Mila, seorang pedagang.

Beberapa informasi diterima pedagang terkait berkurangnya pasokan bawang, yakni dampak gagal panen di daerah penghasil, serta ada pula yang menyebut kondisi ini imbas pandemi COVID-19 terhadap distribusi barang.

Sama seperti pembeli, pedagang juga berharap pasokan kembali normal sehingga harga stabil. Tingginya harga bawang juga kurang menguntungkan bagi pedagang karena daya beli masyarakat menjadi turun sehingga omzet pedagang juga berkurang.

Baca juga: Pertanian sangat potensial mendukung peningkatan perekonomian Kotim

Baca juga: DPRD Kotim perlu mengevaluasi laporan keuangan daerah menindaklanjuti pemeriksaan BPK