Alasan Trump tak akan menonton lagi NFL dan sepak bola
Jakarta (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia tidak akan menonton National Football League (NFL) dan Sepak Bola AS bila para pemain tidak berdiri saat lagu kebangsaan dinyanyikan sebelum pertandingan, menurut laporan BBC pada Minggu (14/6).
Pada Kamis (waktu setempat), Federasi Sepak Bola Amerika Serikat (USSF) memutuskan untuk mencabut ketentuan para pemain diharuskan berdiri tegak selama lagu kebangsaan dinyanyikan sebelum pertandingan.
USSF mengakui bahwa ketentuan itu "salah dan mengurangi esensi dan pesan penting dari "Black Lives Matter."
Anggota Kongres Partai Republik Matt Gaetz mengkritik keputusan tersebut, sambil menulis di akun Twitter-nya: "Saya lebih suka AS tidak memiliki tim sepak bola dibandingkan memiliki tim sepak bola yang tidak akan berdiri untuk Lagu Kebangsaan Nasional."
"Anda seharusnya tidak bermain di bawah bendera kami sebagai tim nasional kami bila Anda tidak akan berdiri ketika lagu dinyanyikan."
Trump lalu me-retweet pesan itu pada Sabtu, sebelum menambahkan: "Saya tidak akan menonton lagi!"
Presiden AS ke-45 tersebut kemudian menulis: "Dan sepertinya NFL juga menuju ke arah itu, tetapi saya tidak akan menonton!"
Larangan berlutut selama lagu kebangsaan awalnya diberlakukan setelah para pesepak bola wanita AS Megan Rapinoe berlutut selama lagu nasionalnya dinyanyikan untuk mendukung mantan gelandang NFL Colin Kaepernick pada 2016.
Aksi berlutut saat ini menjadi salah satu cara protes sekaligus menghormati kematian pria berkulit hitam AS, George Floyd.
Cara protes ini digunakan karena posisi berlutut tersebut mirip dengan tindakan polisi Derek Chauvin menahan George Floyd yang mengakibatkan tak bisa bernapas hingga meninggal dunia.
Jauh sebelum George Floyd, aksi protes berlutut itu bermula dari atlet NFL Colin Kaepernick pada 2016. Kaepernick menginginkan keadilan bagi kaum minoritas di AS, khususnya orang berkulit hitam dengan cara berlutut ketika lagu kebangsaan AS disenandungkan.
Kaepernick bertujuan untuk membuat kesadaran bahwa kekerasan struktural terhadap kaum minoritas di Negeri Paman Sam itu benar adanya.
Aksi berlutut terbaru mendapatkan respons keras dari Trump, sambil mengatakan itu tidak menghormati bendera Amerika dan negara.
Awal pekan ini, Trump juga mengkritik komisaris NFL Roger Goodell karena merubah aturan agar para pemain dipersilahkan berlutut selama lagu kebangsaan.
Goodell berbagi pesan video inklusif dan kesetaraan ras di mana ia mengatakan bahwa NFL akan mendorong para pemain untuk berbicara dan memprotes menyusul kematian George Floyd di Minneapolis pada 25 Mei.
NFL telah mencoret kebijakannya sendiri yang akan menghukum pemain yang berlutut selama lagu kebangsaan.
Pada Kamis (waktu setempat), Federasi Sepak Bola Amerika Serikat (USSF) memutuskan untuk mencabut ketentuan para pemain diharuskan berdiri tegak selama lagu kebangsaan dinyanyikan sebelum pertandingan.
USSF mengakui bahwa ketentuan itu "salah dan mengurangi esensi dan pesan penting dari "Black Lives Matter."
Anggota Kongres Partai Republik Matt Gaetz mengkritik keputusan tersebut, sambil menulis di akun Twitter-nya: "Saya lebih suka AS tidak memiliki tim sepak bola dibandingkan memiliki tim sepak bola yang tidak akan berdiri untuk Lagu Kebangsaan Nasional."
"Anda seharusnya tidak bermain di bawah bendera kami sebagai tim nasional kami bila Anda tidak akan berdiri ketika lagu dinyanyikan."
Trump lalu me-retweet pesan itu pada Sabtu, sebelum menambahkan: "Saya tidak akan menonton lagi!"
Presiden AS ke-45 tersebut kemudian menulis: "Dan sepertinya NFL juga menuju ke arah itu, tetapi saya tidak akan menonton!"
Larangan berlutut selama lagu kebangsaan awalnya diberlakukan setelah para pesepak bola wanita AS Megan Rapinoe berlutut selama lagu nasionalnya dinyanyikan untuk mendukung mantan gelandang NFL Colin Kaepernick pada 2016.
Aksi berlutut saat ini menjadi salah satu cara protes sekaligus menghormati kematian pria berkulit hitam AS, George Floyd.
Cara protes ini digunakan karena posisi berlutut tersebut mirip dengan tindakan polisi Derek Chauvin menahan George Floyd yang mengakibatkan tak bisa bernapas hingga meninggal dunia.
Jauh sebelum George Floyd, aksi protes berlutut itu bermula dari atlet NFL Colin Kaepernick pada 2016. Kaepernick menginginkan keadilan bagi kaum minoritas di AS, khususnya orang berkulit hitam dengan cara berlutut ketika lagu kebangsaan AS disenandungkan.
Kaepernick bertujuan untuk membuat kesadaran bahwa kekerasan struktural terhadap kaum minoritas di Negeri Paman Sam itu benar adanya.
Aksi berlutut terbaru mendapatkan respons keras dari Trump, sambil mengatakan itu tidak menghormati bendera Amerika dan negara.
Awal pekan ini, Trump juga mengkritik komisaris NFL Roger Goodell karena merubah aturan agar para pemain dipersilahkan berlutut selama lagu kebangsaan.
Goodell berbagi pesan video inklusif dan kesetaraan ras di mana ia mengatakan bahwa NFL akan mendorong para pemain untuk berbicara dan memprotes menyusul kematian George Floyd di Minneapolis pada 25 Mei.
NFL telah mencoret kebijakannya sendiri yang akan menghukum pemain yang berlutut selama lagu kebangsaan.