Sampit (ANTARA) - Bupati Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, Supian Hadi berjanji mengupayakan agar tarif tes cepat antibodi deteksi COVID-19 yang dilaksanakan Palang Merah Indonesia (PMI) setempat tidak dinaikkan, yakni tetap Rp125 ribu.
"Saya juga selaku Ketua PMI malah meminta harga bisa ditekankan. Tapi jujur Rp125 ribu itu memang agak berat. Titik aman memang di harga Rp150 ribu. Mudah-mudahan tarif tidak sampai kita naikkan," kata Supian di Sampit, Sabtu.
Layanan tes antibodi deteksi COVID-19 di Sekretariat PMI Kotawaringin Timur mulai dibuka sejak Senin (13/7) lalu. Layanan ini langsung diserbu warga karena jauh lebih murah dibanding di tempat pemeriksaan milik swasta yang menerapkan tarif antara Rp250 ribu hingga Rp450 ribu.
Tarif Rp125 ribu yang ditetapkan PMI Kotawaringin Timur bahkan lebih rendah dibanding tarif batas tertinggi yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp150 ribu. Masyarakat berharap tarif tidak sampai dinaikkan karena cukup terjangkau sehingga sangat membantu masyarakat yang ingin memeriksakan diri, khususnya sebagai syarat wajib agar bisa bepergian ke luar daerah menggunakan transportasi umum.
Tes cepat antibodi di PMI Kotawaringin Timur tidak menggunakan "rapid test", tetapi menggunakan metode "Electro-Chemiluminescence immunoassay (ECLIA) menggunakan reagen Elecsys Anti-SARS-CoV-2 dan PreciControl Anti-SARS-CoV-2 (produksi Roche Diagnostics) dengan menggunakan mesin cobas e411.
Hasil pengujian menggunakan metode ECLIA jauh lebih akurat dibanding dengan "rapid test". Dengan metode ini pula PMI bisa menekan harga sehingga masih bisa menerapkan tarif hanya Rp125 ribu.
"Ini memang sangat tergantung harga barang yang dibutuhkan dalam pemeriksaan itu seperti reagen dan lainnya. Kalau tidak ada kenaikan harga barang maka kita juga upayakan tidak sampai ada kenaikan tarif," demikian Supian Hadi.
Kepala Unit Transfusi Darah PMI Kotawaringin Timur dr Yuendri Irawanto mengatakan, kenaikan tarif kemungkinan dilakukan karena ada biaya-biaya yang ternyata muncul ketika layanan ini mulai dibuka sejak kemarin.
Baca juga: Pendataan pemilih di perkebunan sawit Kotim perlu ketelitian
"Seperti reagen itu dalam satu kotak itu tidak bisa digunakan sampai habis karena harus ada kalibrasi. Selain itu, APD dan tabung spesimen darah juga memerlukan biaya. Tapi kalau kami ada bantuan alat-alat yang dibutuhkan tersebut maka mungkin kenaikan tarif bisa dihindari," kata Yuendri.
Yuendri mengakui, layanan tes antibodi yang mereka buka mendapat sambutan antusias masyarakat. Seperti hari pertama kemarin, ada 182 warga yang memeriksakan diri dan semua hasilnya nonreaktif.
Dia juga berharap tidak sampai menaikkan tarif jika biaya produksi memang bisa ditekan, termasuk jika ada bantuan dari pihak lain untuk mengurangi biaya produksi.
Yuendri menegaskan, PMI hanya melaksanakan kegiatan ini dalam kondisi darurat saat ini untuk membantu masyarakat. Jika nanti ada pihak lain yang bisa menyelenggarakan dengan tarif sesuai ketentuan pemerintah maka bisa saja PMI menghentikan layanan ini.
Baca juga: KPU Kalteng wanti-wanti PPDP di Kotim
Baca juga: Pasien positif COVID-19 ini dinyatakan sembuh setelah dirawat 106 hari