Bandara Beringin Muara Teweh akan jadi aset daerah
Muara Teweh (ANTARA) - Bandar Udara Beringin Muara Teweh akan menjadi aset Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, setelah nantinya sudah tidak difungsikan lagi karena beroperasinya Bandara Haji Muhammad Sidik di Desa Trinsing, Kecamatan Teweh Selatan.
"Bandara Beringin Muara Teweh dalam waktu dekat tidak digunakan lagi untuk aktivitas penerbangan, maka akan dikembalikan menjadi aset pemerintah daerah," kata Kepala Dinas Perhubungan Barito Utara H Fery Kusmiadi disela-sela menghadiri kedatangan pesawat kalibrasi Kementerian Perhubungan di Bandara Haji Muhammad Sidik di Desa Trinsing, Kamis.
Bandara Beringin Muara Teweh dengan panjang landasan 900 meter dan lebar 23 meter terletak di Jalan Pendreh saat ini kondisinya sudah berada di kawasan pemukiman penduduk sehingga tidak bisa dikembangkan lagi, untuk itu pemerintah daerah setempat membangun bandara baru yakni Bandara Muhammad Sidik.
Pada Kamis (13/8) Bandara Muhammad Sidik telah dilakukan uji teknis oleh tim dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yakni kalibarasi alat navigasi untuk pendaratan pesawat (PAPI) dan pengujian peraturan penerbangan instrumen atau IFR.
Kalibarasi alat navigasi di Bandara Muhammad Sidik tersebut menggunakan pesawat Beechcraft SKA B 350i bermesin turboprop dari Kementerian Perhubungan dengan pilot Captain Wahyudi dan FO Wan Benny P.
Captain Wahyudi ketika berada di Bandara Muhammad Sidik mengakui Bandara Beringin sudah banyak dikelilingi bangunan atau rumah sehingga menganggu pergerakan pesawat, sehingga memang layak untuk dipindah ke Bandara Muhammad Sidik.
"Dalam penerbangan kan ada aturannnya, bicara ketinggian bangunan itu juga menganggu, jadi memang layak Bandara Beringin dipindah di sini (Bandara Muhammad Sidik)," ucapnya.
Di tempat yang sama, General Manager Air Nav Cabang Palangka Raya, I Nyoman Oka Wirana menyatakan Bandara Muhammad Sidik dijadwalkan mulai beroperasi pada 10 September 2020.
Baca juga: Pesawat Kemenhub ini, pertama yang mendarati Bandara Haji Muhammad Sidik
Baca juga: Bandara Haji Muhammad Sidik beroperasi 10 September
"Bandara ini mulai Kamis (10/9) nanti secara legalitas sudah operasional, sedangkan Bandara Beringin di close (tutup), karena Bandara Muhammad Sidik sudah masuk publikasi internasional atau AIP (Aeronautical Information Publication), jadi silahkan cek, mau kemana saja, nama bandara ini sudah ada dan telah masuk dalam database," kata Nyoman.
Dia mengatakan, setelah Bandara Beringin ditutup, maka bandara tersebut sudah tidak boleh beroperasi.
"Jadi kami hanya operasionalnya saja, untuk tindaklanjutnya Bandara Beringin kita serahkan ke pemerintah saja," ujar dia.
Baca juga: Pesawat Kemenhub kalibrasi Bandara H Muhammad Sidik
"Bandara Beringin Muara Teweh dalam waktu dekat tidak digunakan lagi untuk aktivitas penerbangan, maka akan dikembalikan menjadi aset pemerintah daerah," kata Kepala Dinas Perhubungan Barito Utara H Fery Kusmiadi disela-sela menghadiri kedatangan pesawat kalibrasi Kementerian Perhubungan di Bandara Haji Muhammad Sidik di Desa Trinsing, Kamis.
Bandara Beringin Muara Teweh dengan panjang landasan 900 meter dan lebar 23 meter terletak di Jalan Pendreh saat ini kondisinya sudah berada di kawasan pemukiman penduduk sehingga tidak bisa dikembangkan lagi, untuk itu pemerintah daerah setempat membangun bandara baru yakni Bandara Muhammad Sidik.
Pada Kamis (13/8) Bandara Muhammad Sidik telah dilakukan uji teknis oleh tim dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) yakni kalibarasi alat navigasi untuk pendaratan pesawat (PAPI) dan pengujian peraturan penerbangan instrumen atau IFR.
Kalibarasi alat navigasi di Bandara Muhammad Sidik tersebut menggunakan pesawat Beechcraft SKA B 350i bermesin turboprop dari Kementerian Perhubungan dengan pilot Captain Wahyudi dan FO Wan Benny P.
Captain Wahyudi ketika berada di Bandara Muhammad Sidik mengakui Bandara Beringin sudah banyak dikelilingi bangunan atau rumah sehingga menganggu pergerakan pesawat, sehingga memang layak untuk dipindah ke Bandara Muhammad Sidik.
"Dalam penerbangan kan ada aturannnya, bicara ketinggian bangunan itu juga menganggu, jadi memang layak Bandara Beringin dipindah di sini (Bandara Muhammad Sidik)," ucapnya.
Di tempat yang sama, General Manager Air Nav Cabang Palangka Raya, I Nyoman Oka Wirana menyatakan Bandara Muhammad Sidik dijadwalkan mulai beroperasi pada 10 September 2020.
Baca juga: Pesawat Kemenhub ini, pertama yang mendarati Bandara Haji Muhammad Sidik
Baca juga: Bandara Haji Muhammad Sidik beroperasi 10 September
"Bandara ini mulai Kamis (10/9) nanti secara legalitas sudah operasional, sedangkan Bandara Beringin di close (tutup), karena Bandara Muhammad Sidik sudah masuk publikasi internasional atau AIP (Aeronautical Information Publication), jadi silahkan cek, mau kemana saja, nama bandara ini sudah ada dan telah masuk dalam database," kata Nyoman.
Dia mengatakan, setelah Bandara Beringin ditutup, maka bandara tersebut sudah tidak boleh beroperasi.
"Jadi kami hanya operasionalnya saja, untuk tindaklanjutnya Bandara Beringin kita serahkan ke pemerintah saja," ujar dia.
Baca juga: Pesawat Kemenhub kalibrasi Bandara H Muhammad Sidik