Petani karet ini bersyukur punya KIS

id bpjs kesehatan muara teweh,petani karet,kis,rsud muara teweh

Petani karet ini bersyukur punya KIS

Foto Arsip - Warga Barito Utara Nurjanah ketika menunggu suaminya Sudianto di rawat di RSUD Muara Teweh, Rabu (5/2/2020).ANTARA/HO-BPJS Kesehatan Muara Teweh

Muara Teweh (ANTARA) - Seorang petani karet di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah  bernama Sudianto (47) merasa bersyukur karena menjadi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

“Manfaat adanya KIS kini sangat kami rasakan, sebelumya tidak sempat terbayang untuk berobat ke rumah sakit karena terpikir dengan biayanya tapi dengan adanya KIS ini kami dapat berobat secara gratis, terima kasih pemerintah Kabupaten Barito Utara telah mendaftarkan kami dalam program JKN-KIS,"  kata Nurjanah istri Sudianto di Muara Teweh, Rabu. 

Nurjannah pun mengucapkan terima kasihnya kepada pemerintah daerah yang telah mendaftarkan keluarganya dalam program JKN-KIS dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI).

Beberapa bulan lalu suaminya sempat  menjalani rawat inap di RSUD Muara Teweh selama empat hari, karena sakit. 

"Untuk biaya pengobatan bersyukurnya sejak awal masuk di UGD sudah dipastikan jaminannya ditanggung dari KIS jadi kami enggak khawatir lagi," kata dia.

Nurjanah bercerita pengalaman pertama keluarganya menggunakan KIS. 

“Sebelum dibawa ke rumah sakit, bapak sudah berobat di mantri. Kurang lebih satu minggu ga sembuh-sembuh dan kita bawa ke rumah sakit ternyata pas di IGD memang harus diperiksa dan dirawat lebih lanjut," ucapnya.

Setelah empat hari dirawat, Nurjanah lebih lega karena dengan bermodalkan kartu KIS yang dimilikinya, perawatan terhadap suaminya dapat terkontrol dengan baik dan mendapat pemeriksaan sesuai dengan indikasi medisnya.

"Sempat di rontgen juga, diagnosa sementara ada bermasalah dengan jantungnya, tapi masih menunggu pemeriksaan lebih lanjut. Yang pasti disini kita lebih nyaman karena secara berkala dokter melakukan pemeriksaan rutin dan dari awal dilayani sangat baik," kata dia.

Dengan pekerjaan Sudianto sebagai petani karet, kebiasaannya setiap pagi untuk turun ke kebun pun tak bisa lagi Ia jalani, padahal satu-satunya penghasilan untuk menghidupi keluarganya berasal dari sana.

“Ya ketika itu terpaksa bapak enggak bisa bekerja dulu, padahal kita juga perlu uang dari hasil berkebun, tapi bagaimana lagi, sementara keluarga yang lain menggantikan," ujar Nurjanah.