Jakarta (ANTARA) - Beijing menentang penjualan paksa operasi TikTok di AS oleh pemiliknya asal China, ByteDance, dan lebih memilih melihat aplikasi video singkat itu ditutup di Amerika Serikat.
ByteDance telah dalam pembicaraan untuk menjual bisnis TikTok di AS kepada pembeli potensial, termasuk Microsoft dan Oracle, sejak presiden AS Donald Trump mengancam untuk memblokir layanan tersebut jika tidak dijual.
Trump telah memberi ByteDance tenggat waktu hingga 15 September untuk menyelesaikan kesepakatan.
Namun pejabat China yakin penjualan paksa akan membuat ByteDance dan China tampak lemah dalam menghadapi tekanan dari Washington, menurut sumber Reuters, dikutip Minggu.
ByteDance dalam sebuah pernyataan mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintah China tidak pernah menyarankan untuk harus menutup TikTok di AS atau di negara lain mana pun.
Dua sumber mengatakan China menggunakan kebijakan ekspor teknologi, yang dibuat pada 28 Agustus, untuk menunda kesepakatan apa pun yang dicapai oleh ByteDance, jika perlu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, mengatakan bahwa AS menyalahgunakan konsep keamanan nasional, dan mendesaknya untuk berhenti menindas perusahaan asing.
Berita Terkait
Komitmen PT SLK wujudkan pembangunan berkelanjutan, curi perhatian China Datang Corporation
Selasa, 26 November 2024 8:11 Wib
Sabar/Reza sangat termotivasi jelang final Super 750 perdana
Minggu, 24 November 2024 8:01 Wib
Indonesia pastikan lima sektor terisi di BWF World Tour Finals 2024
Minggu, 24 November 2024 7:51 Wib
Jonatan fokus tampil maksimal di final China Masters 2024
Minggu, 24 November 2024 7:39 Wib
Kian percaya diri, Sabar/Reza lanjut ke final China Masters 2024
Sabtu, 23 November 2024 21:01 Wib
Dejan/Gloria persiapkan diri untuk WTF 2024 usai kandas di China Masters
Jumat, 22 November 2024 20:50 Wib
Fajar/Rian alihkan fokus ke WTF 2024 setelah terhenti di China Masters
Jumat, 22 November 2024 6:53 Wib
Ana/Tiwi lewati laga sengit demi ke perempat final China Masters
Jumat, 22 November 2024 6:47 Wib