Palangka Raya (ANTARA) - Sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) selama masa pandemi COVID-19 merupakan salah satu yang paling terdampak, akibat turunnya daya beli masyarakat ataupun lesunya perekonomian.
Dampak tersebut tampaknya dirasakan oleh pelaku UMKM di berbagai daerah di Indonesia, tak terkecuali di Provinsi Kalimantan Tengah.
Pelaku UMKM pun dituntut mampu beradaptasi dengan adanya pandemi, baik dari sisi produksi, pola pemasaran dan berbagai hal lain yang berkaitan dengan usaha milik mereka.
Bahkan ada sebagian UMKM yang terpaksa beristirahat sementara, sehingga tidak melakukan produksi maupun menjual produk yang dimiliki. Ada pula UMKM yang memilih alih produksi menyesuaikan kebutuhan pasar.
Salah satu pelaku UMKM di Kalteng tepatnya Kota Palangka Raya adalah Erika yang memiliki produk olahan berupa kopi bernama Kopi Khas Dayak Palangka Raya Erikano.
Ia mengaku usaha yang dijalankannya sempat terdampak di awal masa pandemi COVID-19. Hal itu diakibatkan pembatasan aktivitas maupun arus transportasi, sehingga ia pun kesulitan memasarkan produk miliknya.
"Awal masa pandemi saya sempat berhenti berproduksi, hampir dua bulan lamanya," jelasnya.
Pasalnya produk kopi olahannya biasa dipasarkan ke sejumlah daerah di luar Kalteng, seperti Jakarta, Bandung, hingga Semarang. Pemasaran produk kopi olahannya tersebut, dibantu oleh sanak saudara yang ia miliki.
Akibat adanya pembatasan aktivitas dan arus transportasi, membuat sanak saudaranya pun sempat kesulitan memasarkan atau menjual produk yang ia miliki.
Hanya saja Erika tak patah semangat dan tetap bersabar menghadapi kondisi tersebut. Ia tetap bertahan meski memutuskan tidak melakukan produksi sementara waktu, sembari memantau perkembangan yang terjadi.
Hingga akhirnya selepas hampir dua bulan, Erika memutuskan kembali berproduksi dan membuat kopi olahan miliknya untuk dipasarkan kembali.
"Saat kondisinya sudah lebih memungkinkan pada waktu itu, akhirnya saya memutuskan kembali melakukan produksi," terangnya.
Dan nyatanya produk kopi olahan miliknya tampak memiliki ruang yang cukup baik di kalangan masyarakat pecinta kopi. Jika dalam satu bulan sebelum masa pandemi rata-rata ia mampu menjual hingga 100 bungkus lebih, saat pandemi ia pernah menjual hingga 120 bungkus.
Capaian itu membuktikan, bahwa kopi olahan Erika mampu bertahan, bisa terus dipasarkan dan berkembang meski di tengah pandemi COVID-19.
Namun semua itu tak bisa ia capai hanya dengan berdiam diri saja. Erika mengaku giat memasarkan produknya menggunakan media sosial, serta berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang memberikannya peluang untuk memasarkan kopi olahannya.
"Saya aktif dalam berbagai kegiatan untuk memasarkan produk Kopi Erikano. Semakin maksimal upaya pemasarannya, maka peluang semakin dikenalnya produk saya oleh masyarakat juga semakin besar," paparnya.
Bahkan ia mengaku, awalnya kopi olahannya tersebut lebih dulu dikenal di luar Kalteng, karena pemasaran yang giat dilakukan sanak saudaranya. Tetapi perlahan namun pasti, berkat upaya yang Erika lakukan, kopi olahannya mulai dikenal di Palangka Raya maupun Kalteng, serta semakin memiliki banyak pelanggan.