Jakarta (ANTARA) - Stroke merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Banyak kasus stroke berat menyebabkan kecacatan permanen, kerusakan otak jangka panjang, atau kematian dapat dicegah.
"Stroke dapat menyebabkan kecacatan atau bahkan kematian, namun ada sejumlah faktor risiko yang dapat diubah orang dengan perubahan gaya hidup atau pengobatan," kata penulis studi Dr. Catriona Reddin, di University of Galway di Irlandia dalam laporan Medical Daily pada Kamis (14/11).
Guna mengetahui faktor risiko apa saja yang memengaruhi stroke berat, para peneliti melakukan studi berskala besar, dengan melibatkan 26.948 peserta dengan usia rata-rata 62 tahun dari 32 negara.
Baca juga: Rajin olahraga bantu kurangi risiko penyintas terkena stroke kembali
Setengah dari peserta pernah mengalami stroke, sedangkan sisanya tidak. Di antara para penyintas stroke, 4.848 kasus tergolong parah dan 8.612 tergolong ringan hingga sedang.
Pasien digolongkan mengalami stroke parah jika mereka membutuhkan perawatan perawat yang konsisten atau tidak dapat berjalan atau mengurus diri sendiri secara mandiri.
Mereka yang dapat berjalan tanpa bantuan dan hanya memerlukan sedikit bantuan untuk perawatan pribadi dianggap sebagai kasus ringan atau sedang.
Baca juga: Awas! Gangguan otot turunkan kualitas hidup setelah stroke
Para peneliti kemudian menilai semua peserta untuk faktor risiko stroke seperti tekanan darah tinggi (lebih dari 140/90 mmHg), fibrilasi atrium, diabetes, kolesterol tinggi, merokok, penggunaan alkohol, kualitas diet, gaya hidup yang tidak banyak bergerak, stres, dan kelebihan lemak perut.
Mereka mencatat bagaimana faktor-faktor ini berlaku bagi para peserta yang mengalami stroke parah dan stroke ringan hingga sedang dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami stroke.
Analisis tersebut mengungkapkan bahwa tekanan darah tinggi, fibrilasi atrium, dan merokok, tidak hanya meningkatkan risiko stroke tetapi juga dikaitkan dengan risiko stroke parah yang lebih tinggi.
Baca juga: Kenali perbedaan stroke dan bell's palsy menurut dokter
Memiliki tekanan darah tinggi dikaitkan dengan risiko stroke berat 3,2 kali lebih tinggi dan risiko stroke ringan hingga sedang 2,9 kali lebih tinggi.
Orang dengan fibrilasi atrium menghadapi risiko stroke berat 4,7 kali lebih besar dan kemungkinan stroke ringan hingga sedang 3,6 kali lebih tinggi. Terakhir, merokok meningkatkan risiko stroke berat hingga 1,9 kali dan stroke ringan hingga sedang hingga 1,7 kali, dibandingkan dengan bukan perokok.
"Temuan kami menekankan pentingnya mengendalikan tekanan darah tinggi, yang merupakan faktor risiko stroke paling penting yang dapat dimodifikasi secara global. Hal ini khususnya relevan bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang memiliki tingkat tekanan darah tinggi dan stroke yang meningkat pesat pada usia muda," kata Reddin.
Baca juga: Mengenal gejala stroke dan cara penanganannya
Baca juga: Tanda-tanda tersembunyi pada seseorang yang mengalami sindrom metabolik
Baca juga: Waspadai sengatan matahari saat musim kemarau
Berita Terkait
Rajin olahraga bantu kurangi risiko penyintas terkena stroke kembali
Selasa, 5 November 2024 17:48 Wib
Awas! Gangguan otot turunkan kualitas hidup setelah stroke
Selasa, 5 November 2024 17:40 Wib
Kenali perbedaan stroke dan bell's palsy menurut dokter
Selasa, 29 Oktober 2024 16:35 Wib
Mengenal gejala stroke dan cara penanganannya
Senin, 28 Oktober 2024 17:46 Wib
Tanda-tanda tersembunyi pada seseorang yang mengalami sindrom metabolik
Selasa, 3 September 2024 14:54 Wib
Waspadai sengatan matahari saat musim kemarau
Jumat, 10 Mei 2024 10:50 Wib
Pasien stroke direkomendasikan makan kacang-kacangan
Kamis, 25 April 2024 16:55 Wib
Migrain bisa berkaitan dengan peningkatan risiko stroke
Kamis, 28 Maret 2024 15:04 Wib