"Kita sebagai orang yang akan dilihat oleh orang banyak, apalagi kalau Anda diwawancara, pakailah masker, dan yang diajak bicara juga harus pakai masker," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Menurut Ketua Kelompok Kerja Imunisasi Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia (Peraluni) tersebut, kebiasaan menerapkan protokol kesehatan seharusnya sudah mendarah daging bagi masyarakat.
Dimana pun dan kapan pun seseorang berada, katanya, tetap wajib patuh dengan protokol kesehatan sebab hingga kini pandemi COVID-19 belum berakhir.
Bahkan, menurut dia, salah satu dari 5M, yakni mengurangi mobilitas, tampaknya belum begitu direspons dengan baik oleh masyarakat.
"Masih saja nongkrong di kafe. Apalagi kalau itu dilakukan publik figur atau pejabat, maka sudah mencoreng atau kepercayaan masyarakat bisa luntur padanya," katanya.
Baca juga: Cara cegah mata kering akibat terlalu lama pakai masker
Secara pribadi, ia mengaku melihat langsung mobilisasi massa yang cukup besar ketika libur, beberapa waktu lalu di Bandung, Jawa Barat.
Baca juga: Menggunakan dua masker untuk cegah COVID-19, ide bagus atau buruk?
"Saya melihat langsung mobil pelat B, dari Surabaya dan dari Jawa Tengah ketika libur, luar biasa ramai di Bandung," katanya.
Baca juga: Jepang hadirkan sistem pengenalan wajah meski pakai masker
Menurut dia, belum optimalnya masyarakat menerapkan protokol kesehatan harus tetap didorong. Hal itu bisa dilakukan dengan edukasi terkait pentingnya melindungi diri dari penyebaran virus.
#satgascovid19 #jagajarak #pakaimasker #cucitanganpakaisabun #ingatpesanibupakaimasker
Baca juga: Masker ini dilengkapi kipas mini dan baterai
Baca juga: Bisakah 'sleep mask' bantu tingkatkan kualitas tidur?
Baca juga: Pentingnya mengetahui cara tepat melepas hingga membersihkan masker