Sukamara (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah membenarkan bahwa kualitas air di Bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Jelai terindikasi alami cemar ringan.
“Kita ketahui rata-rata di wilayah Kalimantan pasti akan ditemukan beberapa sungai, meskipun pola hidup masyarakat sudah mulai berubah ke arah modern, tetapi tidak menutup kemungkinan masih ada masyarakat yang berada di bantaran sungai, menggunakan air itu sebagai konsumsi sehari-hari,” ucap Kepala DLH Sukamara Rendi Lesmana, Jumat.
Menurutnya, panjang dari Sungai Jelai mencapai 220 kilometer, tetapi yang melintasi wilayah Sukamara hanya sepanjang 120 kilometer saja. Jadi, berdasarkan data yang diperoleh sejak 2014 lalu hingga sekarang, kualitas air hanya cemar ringan.
“Biasanya, apabila sudah kulitas airnya cemar ringan berarti telah terkontaminasi salah satunya oleh bakteri Escherichia Coli atau biasa disebut E Coli. Hal itu karena masih adanya kebiasaan masyarakat buang air besar (BAB) di jamban dan tidak menggunakan sanitasi yang baik,” ungkapnya.
Kemudian, cemar ringan kedua disebabkan klorin oleh aktivitas-aktivitas rumah tangga seperti desinfektan dan zat-zat pembersih yang biasa digunakan. Kalau dari BOD dan COD, kalaupun melebihi ambang batas masih dalam kategori tidak terlalu tinggi.
“Lalu, untuk zat-zat lainnya sesuai dengan data hasil laboratorium yang kami lakukan dua kali selama setahun secara berkala, itulah beberapa faktor yang menyebabkan air sungai alami cemar ringan,” imbuhnya.
Namun, yang perlu digaris bawahi, air Sungai Jelai masih bisa dikonsumsi masyarakat dengan beberapa ketentuan yang memang wajib dipatuhi, yaitu apabila digunakan untuk air minum harus direbus hingga benar-benar mendidih dan untuk keperluan mandi tidak perlu direbus.
“Selain itu, perlu kami informasikan juga bahwa air Sungai Jelai dari hasil lab, untuk kadar merkuri tidak pernah melebihi ambang batas. Sedangkan, untuk kadar PH sendiri kemungkinannya akan menjadi sedikit asam, terjadi di waktu-waktu usai musim kemarau atau terjadi karhutla, seperti 2015 dan 2019 lalu,” jelasnya.
Tetapi, kalau sudah memasuki musim penghujan, maka kadar PH air akan kembali netral. Akan tetapi, pihaknya tetap menganjurkan kepada masyarakat yang berada di bantaran DAS Jelai, apabila sudah ada jalur PDAM, disarankan menggunakan air bersih tersebut.
“Dibandingkan dengan beberapa sungai lain di wilayah yang berdekatan dengan ekorigen kita seperti kabupaten tetangga, kulitas air kita masih relatif lebih bagus dengan catatan wilayah hulu dari sungai tidak rusak,” ungkapnya.