DPKP Kabupaten Gumas paparkan analisa laba budi daya ikan

id Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Letus Guntur,DPKP Kabupaten Gunung Mas,Kepala DPKP Kabupaten Gunu

DPKP Kabupaten Gumas paparkan analisa laba budi daya ikan

Kepala DPKP Gumas Letus Guntur saat mengunjungi salah satu kolam ikan di wilayah setempat, baru-baru ini. ANTARA/HO – DPKP Gumas

Kuala Kurun (ANTARA) - Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Letus Guntur mengatakan bahwa berdasarkan kondisi kolam dan sumber air kolam, ada empat jenis ikan yang cocok untuk budi daya di Kuala Kurun.

"Empat jenis ikan tersebut adalah nila, patin, lele, dan gurami. Keempat-empatnya memiliki nilai ekonomis penting dan cukup digemari oleh mayoritas masyarakat Kuala Kurun," ucap Letus saat dihubungi dari Kuala Kurun, Minggu.

Mantan Kepala Dinas Transmigrasi, Tenaga Kerja, Koperasi dan UKM Gumas ini menjelaskan, untuk setiap jenis ikan memiliki jumlah biaya investasi, produksi, dan panen yang berbeda-beda.  

Misalnya, budi daya gurami memiliki biaya investasi sebesar Rp2.195.000 yang digunakan untuk membeli atau membuat kolam, membeli ember, baskom, selang, serok, dan aerator.

Untuk biaya produksi sebesar Rp8.220.000 yang digunakan membeli benih ikan gurami sebanyak 1.000 ekor, membeli pakan, obat-obatan, serta air dan listrik.

Dari 1.000 benih gurami tadi diperkirakan mortalitas atau kematian mencapai 15 persen. Artinya masih ada 850 ekor gurami siap dipanen setelah budi daya berjalan tujuh bulan, dengan berat rata-rata 400 gram per ekor.

Dari situ total panen selama tujuh bulan adalah 340 kilogram. Jika melihat harga pasaran ikan gurami di Kuala Kurun yang mencapai Rp50.000 per kg, artinya hasil produksi adalah sebesar Rp17.000.000.

“Dari hasil produksi, biaya investasi, dan biaya produksi, maka laba atau keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp6.585.000,” papar Letus Guntur.

Dengan analisa serupa, budi daya nila memerlukan biaya investasi dan biaya produksi berjumlah Rp8.795.000. Dari situ laba yang diraih adalah Rp3.105.000 dalam satu kali siklus produksi yakni lima bulan.

Lalu budi daya patin memerlukan biaya investasi dan biaya produksi berjumlah Rp19.635.000. Dari situ laba yang diraih adalah Rp5.865.000 dalam satu kali siklus produksi yakni delapan bulan.

Baca juga: Shalat tarawih di Gumas tetap berlakukan protokol kesehatan

Kemudian budi daya lele memerlukan biaya investasi dan biaya produksi berjumlah Rp4.535.000. Untuk tingkat mortalitas lele diperkirakan hanya sebesar 10 persen, yang artinya ada 900 ekor lele siap dijual saat panen.

Untuk siklus produksi lele hanya sekitar tiga bulan dan diperkirakan berat 900 ekor lele telah mencapai 129 kg. Jika melihat harga pasaran lele di Kuala Kurun yang mencapai Rp25.000 per kg, artinya hasil produksi adalah Rp3.225.000.

Pada siklus pertama budi daya lele memang belum menguntungkan. Namun pada siklus-siklus berikutnya keuntungan baru dicapai, karena pada siklus selanjutnya sudah tidak perlu lagi mengeluarkan biaya investasi.

Dia menjelaskan, untuk laba memang berbeda antara yang satu dengan yang lain, karena harga benih, pakan serta harga jual juga berbeda-beda. Yang pasti budi daya ikan sangat menjanjikan di Kuala Kurun.

"Bagi masyarakat yang tertarik membudidayakan ikan dapat melihat keterangan lebih rinci di website resmi DPKP Gumas di http://perikanan.gunungmaskab.go.id/," demikian Letus Guntur.

Baca juga: Pertandingan tinju 'Eyger Sing' kembali diundur, harapkan adanya donatur

Baca juga: Disdukcapil Gumas diminta terus berinovasi demi ketertiban adminduk

Baca juga: Upaya Dinkes Gumas tingkatkan kualitas tenaga promosi kesehatan