Peringati Hari Lahir Pancasila, Ketua DPRD Seruyan sampaikan pesan tentang toleransi
Kuala Pembuang (ANTARA) - Ketua DPRD Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah Zuli Eko Prasetyo menggunakan pakaian adat Jawa yakni Surjan saat upacara peringatan Hari Lahir Pancasila.
Hal tersebut dilakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat setempat terkait toleransi, kata Zuli Eko Prasetyo di Kuala Pembuang, Selasa.
“Memang ada pesan tersendiri kenapa saya menggunakan pakaian adat Jawa di Kalimantan Tengah pada upacara tersebut, karena menurut falsafah Huma Betang jadi ada berbagai suku, agama, budaya dan lainnya,” katanya.
Menurut dia, berdasarkan falsafah Huma Betang itu masyarakat Kalimantan Tengah menerima semua suku, agama, budaya, adat dan lainnya. Hal inilah yang menjadi pesan penting dan perlu disampaikan kepada publik secara nasional.
Dirinya sangat bangga dan berterima kasih, karena ia berasal dari Jawa Tengah tepatnya Magelang dan diterima dengan baik di Kalimantan Tengah khususnya Seruyan.
"Bisa bertoleransi dengan berbagai macam suku adat seperti Dayak, Jawa, Bugis, Banjar, Sunda, Madura, Batak dan masih banyak lagi,” ungkapnya.
Lanjut dia menjelaskan, hal tersebut karena masyarakat Kalteng menganut asas Huma Betang tersebut, sebagai edukasi kepada masyarakat kabupaten berjuluk Bumi Gawi Hantantiring ini, bahwa semuanya harus hidup berdampingan dan bertoleransi.
“Inilah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam bingkai Pancasila, berbagai macam suku ada didalamnya dan secara tidak langsung masyarakat Dayak di Kalteng dengan falsafah Huma Betang ini sudah menganut NKRI serta sudah ditanamkan sejak dulu,” jelasnya.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menambahkan, dirinya untuk mengabdikan diri di Seruyan tidak bisa berpura-pura menjadi orang Dayak, yang pasti terus berusaha memberikan yang terbaik untuk masyarakat.
“Kita bekerja di Seruyan tidak bisa berpura-pura harus menjadi orang Dayak, yang harus dilakukan itu memberikan yang terbaik untuk masyarakat dan daerah,” demikian Eko.
Hal tersebut dilakukan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat setempat terkait toleransi, kata Zuli Eko Prasetyo di Kuala Pembuang, Selasa.
“Memang ada pesan tersendiri kenapa saya menggunakan pakaian adat Jawa di Kalimantan Tengah pada upacara tersebut, karena menurut falsafah Huma Betang jadi ada berbagai suku, agama, budaya dan lainnya,” katanya.
Menurut dia, berdasarkan falsafah Huma Betang itu masyarakat Kalimantan Tengah menerima semua suku, agama, budaya, adat dan lainnya. Hal inilah yang menjadi pesan penting dan perlu disampaikan kepada publik secara nasional.
Dirinya sangat bangga dan berterima kasih, karena ia berasal dari Jawa Tengah tepatnya Magelang dan diterima dengan baik di Kalimantan Tengah khususnya Seruyan.
"Bisa bertoleransi dengan berbagai macam suku adat seperti Dayak, Jawa, Bugis, Banjar, Sunda, Madura, Batak dan masih banyak lagi,” ungkapnya.
Lanjut dia menjelaskan, hal tersebut karena masyarakat Kalteng menganut asas Huma Betang tersebut, sebagai edukasi kepada masyarakat kabupaten berjuluk Bumi Gawi Hantantiring ini, bahwa semuanya harus hidup berdampingan dan bertoleransi.
“Inilah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam bingkai Pancasila, berbagai macam suku ada didalamnya dan secara tidak langsung masyarakat Dayak di Kalteng dengan falsafah Huma Betang ini sudah menganut NKRI serta sudah ditanamkan sejak dulu,” jelasnya.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menambahkan, dirinya untuk mengabdikan diri di Seruyan tidak bisa berpura-pura menjadi orang Dayak, yang pasti terus berusaha memberikan yang terbaik untuk masyarakat.
“Kita bekerja di Seruyan tidak bisa berpura-pura harus menjadi orang Dayak, yang harus dilakukan itu memberikan yang terbaik untuk masyarakat dan daerah,” demikian Eko.